Mengawali 2025, Performa Positif BEI Tingkatkan Optimisme Ekonomi Nasional

8 Februari 2025 08:10 WIB
Bursa Efek Indonesia.
Bursa Efek Indonesia. ( )

Achmad menuturkan, dari data terbaru pada awal tahun 2025, rata-rata 78,9% analis merekomendasikan untuk membeli, dan 3,3% analis merekomendasikan untuk menjual saham-saham yang ada dalam semesta IDX80.

"Sementara itu, 17,7% analis lainnya merekomendasikan untuk mempertahankan saham dalam indeks IDX80," kata Achmad.

Achmad mengatakan, meski tahun ini dinilai penuh tantangan, terdapat sejumlah peluang signifikan bagi Indonesia, seperti perekonomian Indonesia tumbuh lebih kuat dibandingkan negara lain di tengah tantangan global. Hal ini tercermin dalam pertumbuhan ekonomi sekitar 5% sepanjang tahun 2024.

Lalu kabinet pemerintah Indonesia yang diumumkan pada 20 Oktober 2024 memberikan optimisme bagi pelaku pasar yang tengah menunggu realisasi program-program pemerintah Presiden Prabowo, terutama stimulus pertumbuhan ekonomi.

Sementara dari global, The Fed telah memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada rapat bulan Desember.

The Fed juga telah memangkas suku bunga sebesar 100 bps sepanjang tahun 2024, dan diperkirakan akan memangkasnya lebih lanjut pada tahun 2025, sambil memantau target inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja.

Terkait jumlah investor pasar modal, diperkirakan akan terus tumbuh. Ini pun akan berdampak positif terhadap peningkatan likuiditas pasar dan pertumbuhan pasar modal secara umum.

Selain sejumlah peluang ini, ada tantangan yang harus dihadapi pelaku pasar modal, seperti kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum AS diperkirakan akan berdampak pada prospek ekonomi Indonesia dan pasar berkembang lainnya, terutama dalam kebijakan perdagangan, aliran modal, risiko inflasi, dan pergerakan mata uang yang fluktuatif.

Baca Juga: BEI Klaim Tahun Ini Jumlah Investor Pasar Modal Meningkat hingga 14 Juta Investor

Perekonomian China diperkirakan masih akan lebih rendah pada tahun 2025 akibat krisis ekonomi saat ini. Fenomena ini kemungkinan akan berdampak pada banyak negara, terutama Indonesia sebagai salah satu mitra dagang terbesar China.

Volatilitas harga komoditas global ditambah dengan kontraksi permintaan global kemungkinan akan memberi tekanan lebih besar pada neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ketegangan geopolitik yang terus-menerus antara negara-negara di Timur Tengah dan Eropa akan berdampak pada gangguan harga komoditas global.

Sementara program pemerintah Indonesia yang baru bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sebesar 8%, ini dapat memberikan tekanan tambahan pada alokasi anggaran fiskal.

Secara keseluruhan, meskipun Indonesia menghadapi berbagai tantangan global dan domestik, potensi pertumbuhan ekonomi yang kuat tetap terlihat.

Dengan kebijakan yang tepat, pengembangan sektor investasi yang berkelanjutan, dan program pemerintah yang berfokus pada stimulus ekonomi, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjaga momentum positif.

Oleh karena itu, pelaku pasar diharapkan tetap optimis dan proaktif dalam memanfaatkan peluang yang ada, sambil menantikan implementasi kebijakan yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.

EditorKumairoh
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm