3 Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban, Singkat Tapi Menyentuh Hati

20 Februari 2025 11:32 WIB
3 Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban, Singkat Tapi Menyentuh Hati
3 Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban, Singkat Tapi Menyentuh Hati ( )

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ  

Artinya: Rasulullah saw bersabda, sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an (HR al-Baihaqi).

4. Bersedekah dan membantu sesama

Memberikan bantuan kepada yang membutuhkan akan mendatangkan keberkahan dan melatih kedermawanan kita sebelum Ramadhan. Allah swt berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ   

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim (QS Al Baqarah ayat 254).

5. Menyambung silaturahmi memperbaiki hubungan dengan keluarga, sahabat, dan tetangga agar hati kita bersih saat memasuki Ramadhan. Rasulullah saw bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw ia bersabda, ‘siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menjaga hubungan baik silaturahim dengan kerabatnya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam (HR Bukhari dan Muslim).

Hadirin rahimakumullah,

Marilah kita manfaatkan akhir bulan Sya'ban ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita lalai sehingga masuk Ramadhan tanpa bekal. Semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan dalam keadaan sehat, beriman, dan siap untuk beribadah dengan maksimal. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.   

2. Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban

Mendaki Ridha Allah di Bulan Sya'ban'

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsafan.

Karena hanya dengan takwalah jalan kita mendekati Allah subhanahu wata'ala mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, seperti yang difirmankan Allah dalam Yunus 63-64:

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ (٦٣) لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ (٦٤)

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung."

Hadirin kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, Syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah yang Mahakuasa, karena hari ini kita semua masih menikmati indahnya bulan Sya'ban.

Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan hijriah. Secara bahasa kata "sya'ban" mempunyai arti "berkelompok". Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu).

Sya'ban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selain bulan yang empat, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Salah satu cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memuliakan Syaban adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dan Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah menyatakan, Usamah berkata pada Rasululllah shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban."

Rasul menjawab: "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang."

عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"Usamah bin Zaid berkata, 'Wahai Rasululllah aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban. Nabi membalas, "Bulan Sya'ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa." (HR Nasa'i)

Hadirin, Oleh karena itu, marilah di awal-awal bulan Sya'ban ini kita perkokoh keimanan dan ketakwaan kita. Mumpung masih ada waktu, mumpung ada bulan Sya'ban yang penuh dengan keutamaan dan keistimewaan.

Kata "sya'ban" juga berasal dari kata syi'ab bisa dimaknai sebagai jalan setapak menuju puncak.

Artinya bulan Sya'ban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada hamba-Nya untuk menapaki dan menjelajahi keimanannya sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadhan.

Meniti perjalanan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Minimal memerlukan persiapan-persiapan yang terkadang sangat melelahkan dan menguras energi.

Ingatlah pekerjaan mendaki gunung yang mengharuskan berbagai macam pelatihan.

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Syaban Singkat Tapi Menggetarkan Hati!

Begitu pula meniti langkah menuju puncak selama bulan Sya'ban, tentunya pendakian itu mengharuskan kesungguhan hati dan niat yang suci.

Mendaki adalah usaha menuju yang lebih tinggi yang harus dilalui dengan susah dan payah.

Kepayahan itu akan terasa ketika kita memilih berpuasa di bulan Sya'ban sebagai bentuk pendakian menuju puncak, persiapan menyambut bulan suci Ramadhan.

Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah, Pendakian menuju puncak di bulan Sya'ban ini juga dapat dilakukan dengan cara banyak beristigfar dan meminta ampun atas segala dosa yang telah kita lakukan di bulan-bulan sebelumnya.

Baik dosa yang kasat mata maupun dosa yang adanya di dalam hati dan tidak kasat mata, dan justru dosa terakhir inilah yang terkadang lebih menumpuk di bandingkan dosa kelakukan.

Ujub, riya' (pamer agar dilihat orang lain), sum'ah (pamer agar didengar orang lain), takabur, dan lain sebagainya:

Coba kita dalami an-Nahl ayat 78:

وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."

Bukankah ayat tersebut seolah mewajibkan manusia agar selalu insaf dan sadar bahwa berbagai anugerah kita di dunia ini-jabatan, kekuatan, kekayaan, kegagahan, kepandaian dan semuanya-adalah pemberian Allah subhanahu wata'ala, dan manusia pada awalnya tidak mengerti suatu apa pun.

Karenanya, jikalau sampai terbersit dalam hati kita sebagai manusia akan kepemilikan dan ke-aku-an, sadarlah bahwa itu adalah kesombongan dan ketakaburan.

Apalagi jikalau perasaan itu disertai dengan kesengajaan menafikan Allah subhanahu wata'ala maka segeralah bertobat.

Allah sendiri mengancam orang-orang seperti ini dalam Surat Thaha ayat 124:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

Dengan demikian, ma'asyiral Muslimin, wajiblah setiap manusia itu selalu bersujud dan berbakti kepada Allah subhanahu wata'ala setiap saat, setiap waktu.

Semakin berpangkat, semakin pandai, semakin kaya, semakin berada, maka sujudnya harus semakin dalam dan penuh makna.

Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di waktu yang istimewa ini di bulan Sy'aban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan atau maghfirah-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti sebagai insan yang siap menjalankan keinsaniahannya di depan Sang Khaliq.

3. Khutbah Jumat Akhir Bulan Syaban

Sya’ban, Momentum Bertobat dan Mohon Ampun kepada Allah

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى خَاتَمِ اْلاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.

Pada kesempatan ini khatib mengajak jamaah dan diri khatib sendiri untuk bersyukur kepada Allah swt atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. kedua, khatib juga mengajak jamaah sekalian untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw atas segala kasih sayang dan pengorbanan dakwahnya.

Pada bulan Sya’ban ini khatib mengajak jamaah dan diri khatib sendiri untuk kembali dan bertobat kepada Allah. Pada bulan yang baik untuk menyambut bulan suci Ramadhan ini, mari sama-sama kita merendahkan diri dan memohon ampunan Allah atas segala dosa dan kekeliruan kita.

Pada Surat Al-Baqarah ayat 222, Allah menyampaikan bahwa Dia menyukai orang-orang yang bertobat dan membersihkan diri:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya, “Sungguh, Allah menyukai orang yang bertobat dan menykai orang yang menyucikan diri,” (Surat Al-Baqarah ayat 222).

Pada banyak riwayat, kita dapat menemukan anjuran dan isyarat agar kita manusia bertobat kepada Allah. Kita menemukan bagaimana Allah membuka pintu tobat-Nya 1 x 24 jam. Kita mendapati kemurahan dan kasih sayang Allah dengan keterbukaan pintu tobat-Nya:

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Artinya, “Dari sahabat Abu Musa as dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Sungguh, Allah swt membuka tangan-Nya pada malam hari agar pendosa di siang hari dapat bertobat dan menggelar tangan-Nya pada siang hari agar pendosa di malam hari dapat bertobat sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya,’” (HR Muslim).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah memberikan kemurahan-Nya kepada kita dalam hal pertobatan. Allah menunggu kita untuk menghadap dan bersimpuh di hadapan-Nya dengan mengingat segala dosa yang pernah kita lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja. Allah tidak perduli seberapa banyak dan besar dosa kita kepada-Nya.

Nabi Muhammad saw menggambarkan kemurahan Allah saw dalam menerima tobat manusia. Dalam riwayat haditsnya, Nabi Muhammad saw menyebut penerimaan Allah atas tobat manusia sebesar apapun dosa manusia.

عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ وصحيح سنن ابن ماجة
Artinya, “Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Andai kalian keliru hingga mencapai langit, lalu kalian bertobat, niscaya ia akan menerima tobat kalian,’” (HR Ibnu Majah).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 222, Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan memohon ampunan kepada-Nya. Allah menyukai orang-orang yang beristighfar dan bersimpuh memohon ampunan-Nya.

Pada hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw menjelaskan kesenangan Allah pada istighfar dan permohonan ampun hamba-Nya. Bahkan Allah akan membinasakan manusia satu generasi yang tidak memohon ampun karena tidak memiliki dosa dan menggantinya dengan generasi baru yang akan memohon ampunan-Nya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ
Artinya, “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, andai kalian tidak berdosa, niscaya Allah akan membinasakan kalian dan mengganti kalian dengan kaum baru yang berdosa, lalu meminta ampun, dan akhirnya Allah mengampuni mereka,’” (HR Muslim).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Sebagai penutup khutbah Jumat yang singkat ini, khatib mengutip hadits riwayat Imam At-Thabarani berikut ini terkait memperbaiki diri dengan niat dan tekad untuk tidak mengulang perbuatan dosa yang pernah dilakukan di masa lalu.

عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ أَحْسَنَ فِيْمَا بَقِيَ غُفِرَ لَهُ مَا مَضَى وَمَنْ أَسَاءَ فِيْمَا بَقِيَ أُخِذَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ الطبراني
Artinya, “Dari sahabat Abu Dzar ra, ia berkata, Rasulullah saw, ‘Siapa saja yang berbuat baik pada sisa usianya, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. Tetapi siapa yang berdosa pada sisa umurnya, niscaya disiksa perbuatan dosanya yang telah lalu dan dosa pada sisa usianya,’” (HR At-Thabarani).

Demikian khutbah Jumat singkat ini, semoga Allah memberikan kesempatan dan meringankan jalan bagi kita untuk duduk bersimpuh merendahkan diri di hadapan-Nya serta mengakui segala dosa dan memohon ampunan-Nya.

Dan kita yakin Allah membuka lebar pintu tobat-Nya.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Nisfu Syaban, Keutamaannya dan Amalannya

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm