Surabaya, Sonora.ID - Momen Ramadhan kerap kali menjadi waktu yang selalu ditunggu oleh para pedagang dan distributor di Kota Surabaya. Tidak hanya sebagai bulan yang mendatangkan peluang bisnis dibidang retail semata, ramadhan juga menghadirkan tantangan bagi Pemkot dalam hal mengupayakan kelancaran distribusi dan menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat, khususnya beras dan gula dengan trend tingkat permintaan yang selalu tinggi dibandingkan produk pangan lainnya, termasuk juga menjaga stabilitas harga.
Terkait dengan strategi yang disiapkan oleh Pemkot Surabaya mulai dari operasi pasar murah, pengawasan harga dan pasokan serta menjamin kerjasama yang intensif dengan para distributor dan produsen, Baktiono, B.A., S.S. Anggota Komisi B DPRD Surabaya mengatakan, strategi tersebut tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya.
Baktiono justru lebih banyak menyoroti peran Pemerintah Pusat yang seharusnya sudah dapat memprediksi tingkat kebutuhan sembako oleh masyarakat di setiap moment lebaran. Sehingga diharapkan ada kebijakan yang lebih efektif untuk menjaga stabilitas harga barang pokok di pasar.
“Ini kan siklus tahunan, pengendalinya itu semua di pemerintah pusat ada di Badan Pusat Logistik yaitu BULOG. Mereka mengatur bagaimana mengambil dari petani dari produsen beras termasuk dari pabrik gula. Jangan sampai impor lah, tanah kita ini sudah gemah ripah loh jinawi. Jadi kalau pemerintah tadi itu mengatur dengan baik, maka juga baik dengan produksi petaninya. Harga pupuk jangan dinaikkan, sehingga production cost tetap stabil. Kalaupun itu naik karena ada fluktuasi, saya yakin harga jual produk tidak akan melonjak sampai berlipat-lipat di momen lebaran.”
Mengenai dampak kegiatan operasi pasar yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk menjaga stabilitas harga pasar di bulan puasa dan lebaran, Baktiono menjelaskan efektifitas dari kegiatan tersebut hanya bersifat sementara saja dan temporal.
"Kalau operasi pasar itu kan instruksi dari Pemerintah Pusat, itu sudah biasa cuma sebagai efek kejut saja dengan dampak lokalitas. Kecuali Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Provinis, Kota dan Kabupaten mempunyai koperasi yang cukup besar di setiap pasar dan menyediakan harga kebutuhan pokok yang diinginkan oleh masyarakat, barulah nanti bisa stabil. Kalau tidak yah para pedagang itu akan cerdik, mereka akan beli barang murah lebih dahulu dan kemudian dijual mahal karena tingginya permintaan. “
Menanggapi dua isu besar di bidang ekonomi yang hingga saat ini masih terus berlangsung, yaitu efisiensi anggaran oleh pemerintah dan menurunnya daya beli masyarakat akan berdampak pada jumlah kegiatan pasar murah yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya di tahun ini, Baktiono menegaskan kekhawatiran masyarakat terkai dengan hal ini tidak seharusnya ada.
Mengingat berbagai program Pemkot yang sudah dilakukan selama ini sebagai bentuk dukungan berorientasi kepada solusi pemecahan masalah di masyarakat termasuk kestabilan harga sembako di pasar saat jelang lebaran.
“Kota Surabaya ini beda dengan Kota Kabupaten lain, Pemkotnya selalu punya strategi terobosan yang bagus termasuk untuk kegiatan pasar murah. Sumber dana selain dari pemkot juga menghimpun dari program CSR para pengusaha di Surabaya. Mereka menyediakan bahan - bahan pokok untuk dijual bukan BOP alias tidak mengambil untung untuk membantu warga masyarakat yang tidak mampu. Tidak hanya itu, kita juga punya perangkat yang luar biasa namanya Wanita Surabaya Hebat atau Kader Surabaya Hebat yang senantiasa bersama RT RW dan Karang Taruna, bahu - membahu termasuk LPMK untuk membantu masyarakat melalui kegiatan pasar murah swadaya. Ini semua bisa termonitor dengan baik karena mereka bisa laporkan lewat aplikasi masing-masing, dan dimonitor oleh lurah camat sampai bagian perekonomian hingga ke Walikota dan Wakil Walikota. Jadi bukan dari pos anggaran APBD yang terkenan efisiensi. “
Fenomena yang selalu terulang di saat ramadhan dan jelang lebaran adalah banyaknya para pedagang yang melakukan stok barang lebih awal untuk dikeluarkan saat permintaan tinggi di moment puasa sehingga mempengaruhi ketersediaan produk di pasar dan perubahan harga beli yang mahal.
Menyoroti hal ini Baktiono mengatakan sebagai hal yang wajar dalam siklus usaha perdagangan. Baktiono menambahkan hal yang lebih penting adalah terkait inisiatif Pemerintah dari Pusat hingga Daerah yang seharusnya telah memiliki kemampuan pemetaan kebutuhan warganya di saat moment puasa dan lebaran maupun hari raya lainnya.
“Ini kan ilmu ekonomi, jadi wajar. Pedagang itu juga pengen untung, pedagang kelas bawah, kelas menengah sampai kelas atas yah maunya untung. Sekarang tergantung pemerintahannya ya kan, kan sudah tahu kebutuhan menjelang bulan suci Ramadan tadi itu berapa. Berapa jumlah penduduk, terus mereka nanti itu seperti apa tahun sebelumnya. Seperti apa kalau itu disediakan pemerintah, cukup itu pasti tidak akan terjadi monopoli sehingga fluktuasi harga bisa terjaga.”
Terkait dengan optimalisasi pelaku UMKM di Surabaya saat moment ramadhan untuk menggerakkan perekonomian Kota Pahlawan dalam situasi menurunnya daya beli saat ini, Baktiono menjelaskan harus ada bentuk intervensi yang tepat dari Pemkot salah satunya memperluas pangsa pasar dengan menambah titik tempat berjualan.
“Apakah perlu dibikinkan sebuah kegiatan pasar kuliner selama sebulan penuh difasilitasi oleh Pemkot UMKM boleh berdagang di sana atau bagaimana itu gagasan yang cukup bagus yah. Jadi kita punya beberapa tempat yang memang dipersiapkan untuk kegiatan tersebut. Inilah fungsi di pemerintah ini, maka nanti kami juga mengingatkan dan menghimbau ke instansi terkait yang ada di Kota Surabaya termasuk Dinas Koperasi bahwa di Eks Taman Remaja itu juga betul bisa digunakan untuk jualan takjil, termasuk juga wisata pantai Kenjeran juga bisa. “
Baktiono juga menjelaskan inovasi dan orisinalitas produk juga menjadi hal wajib yang ahrus dimiliki oleh pelaku UMKM di Surabaya, agar usahanay bisa optimal selama ramadhan dan lebaran.
“Misalnya kalau makanan itu ya harus makanan yang berbeda satu sama lainnya, sehingga mempunyai ciri khas tersendiri. Kalau mempunyai ciri khas tersendiri dan laris, walaupun bahan kebutuhan pokoknya naik mereka masih untung lebih. Kenapa ? Karena otomatis kalau laris dan dagangannya tadi itu laku ya dengan sendirinya akan menjadi nilai tambah. Makanya kalau membuat cita rasa itu juga harus berbeda inovasinya. “
Baktiono menegaskan masalah menjaga ketahanan pasok dan harga pangan selama lebaran, termasuk optimalisasi pelaku UMKM di masa puasa bukan hanya menjadi pekerjaan rumah Pemkot saja, namun juga harus ada kepedulian dunia usaha melalui berbagai program CSR yang dapat dikemas sedemikian rupa berkolaborasi dengen keguyuban dan gotongroyong warga yang sudah terjaga dengan baik selama ini di Kota Surabaya.
Penulis: Andre Komarudin