Sonora.ID - Persaingan dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan prestasi, termasuk prestasi sebuah bisnis. Pebisnis harus peka dengan kompetitronya, untuk kemudian melakukan lebih dari yang dilakukan kompetitor agar tetap bisa bertahan di pasar.
Dalam menghadapi persaingan ini, dibutuhkan strategi yang disebut dengan Marketing Battle Plan.
Strategi ini dimulai dari kesadaran pebisnis untuk mengetahui posisi bisnisnya, kemudian menyadari dan mengenal main competitor bisnis tersebut.
Baca Juga: Yuk Intip! Ini Lima Tips Sederhana untuk Memulai Usaha 'Jastip'
Business Analyst MarkPlus, Inc, Aretha menyatakan bahwa, strategi ini sebenarnya strategi yang sederhana. Asalkan pebisnis menyadari posisi bisnisnya, dan kompetitornya.
“Dengan Battle Plan ini, selain tahu posisi kita di mana, kita juga bisa menentukan strategi kita untuk survive terus, untuk sustain itu harus gimana? Dengan Marketing Battle Plan ini, kita mengategorisasikan menjadi 4 area, yaitu offensive, defensive, flanking, dan gerilya,” jelas Aretha.
Dari empat kategori tersebut, sebuah bisnis mengetahui posisinya tergantung dengan market leader dan kekuatan bisnis tersebut.
Baca Juga: Ingin Menjadi Pemimpin yang Baik? Perhatikan Arah Komunikasi Anda
Defensive
Dalam dunia marketing, defensive merupakan kategori bisnis yang hanya bisa dilakukan oleh market leader, karena dianggap sudah menguasai pasar, dan memiliki posisi yang jauh lebih unggul dari pada posisi dua dan tiga.
“Yang harus dilakukan adalah terus-menerus memberikan inovasi supaya produknya tidak membosankan, dan harus selalu aware dengan strategi yang dilakukan kompetitornya,” tambah Aretha.
Kunci dari kategori ini adalah harus bisa menyerang diri sendiri dengan produk, dan layanan yang lebih baik, sehingga tetap bertahan sebagai market leader.
Baca Juga: Wow! Jessica Milla Rela Gendut Demi Peran di Film 'Imperfect'
Offensive
Strategi marketing dilakukan ketika bisnis tidak sebesar market leader, sehingga kemudian perusahaan bisa melakukan penyerangan. Penyerangan ini biasanya berupa inovasi dari produk atau jasa yang dimiliki oleh market leader, atau menyerang tagline yang dimiliki market leader.
Baca Juga: 'Cheating On You' Lagu Baru Romantis yang Dihadirkan Charlie Puth
Flanking
Bisnis pada kategori ini adalah bisnis yang memiliki perbedaan utama dari maker leader. Bisnis pada kategori ini adalah bisnis yang cukup kuat dalam keuangannya, namun memang tidak sekuat market leader.
“Nah untuk bisnis-bisnis yang ada di flanking strategy, kuncinya adalah mereka harus punya kejutan. Misalnya, merk mie instan di Indonesia. Indomie itu ada di posisi defensive, karena dia market leader. Lalu yang menyerang-menyerang nih, yang offensive, contohnya adalah Mie Sedap karena dia ada di bawah Indomie. Lalu siapa nih flanking-nya? Kategori ini harus punya perbedaan, jadi misalnya adalah Bakmi Mewah, karena dia punya surprise,” tambah Aretha.
Baca Juga: Seberapa Penting Penguasaan Bahasa Asing dalam Dunia Karier?
Gerilya
Kategori ini cenderung pada perusahaan yang masih kecil, atau bisa dibilang lokal. Kategori ini menyadari bahwa dirinya tidak memiliki modal yang besar untuk menyerang market leader. Tapi perusahaan pada kategori ini tahu bahwa dirinya memiliki segmen tertentu yang tidak dilirik oleh market leader-nya.
Setelah menyadari kategori bisnis yang dijalankan, seorang pebisnis baru bisa menjalankan Marketing Battle Plan.
Baca Juga: Ngeri! Gunung Es 315 Miliar Ton Memisahkan Diri dari Dataran Antartika