Sonora.ID - Kelenjar prostat adalah kelenjar yang hanya dimiliki oleh pria. Kelenjar ini sering mengalami gangguan, khususnya adalah pembesaran kelenjar prostat, atau yang lebih dikenal dengan pembesaran prostat.
Pria dengan keluhan ini biasanya merasakan buang air kecil yang tidak tuntas, hal ini disebabkan oleh aliran urin yang terhambat atau tidak lancar.
Untuk mengetahui informasi lengkap terkait pembesaran prostat, salah satu pendengar Radio Sonora, Pak Adi, menanyakan penyebab pembesaran prostat, sekaligus cara mengobatinya.
Baca Juga: Hindari Diminished Ejaculation Disorder dengan Jaga Kebersihan Prostat
“Selamat malam Dokter Binsar, saya ingin bertanya, apakah pembesaran prostat sama dengan tedun atau hernia? Lalu apa penyebabnya, gejala, pengobatan, dan pencegahannya? Terima kasih dr. Binsar.”
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab dalam program Sex in the City oleh Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga, yang sekaligus menjadi narasumber pada program tersebut.
“Selamat malam Pak, terima kasih atas pertanyaannya. Yang pertama pastinya beda ya antara pembesaran prostat dengan hernia atau yang tadi disebut tedun,” jawab dr. Binsar.
Terkait penyebab pembesaran prostat, dr. Binsar menjawab bahwa keluhan ini bisa terjadi karena infeksi atau yang biasa disebut prostatitis. Penyebab lain adalah adanya gangguan genetik, dan mutasi genetik.
Baca Juga: Apakah Saya Masih Bisa Ejakulasi di Usia Menginjak 70 Tahun?
Belakangan ini pun berkembang teori bahwa pria yang jarang sekali melakukan hubungan seksual, akan lebih berkemungkinan mengalami pembesaran prostat.
“Pembesaran prostat ini bisa diobati, beda dengan hernia. Pembesaran prostat yang letaknya di bawah saluran kemih, maka akan mengakibatkan berkemih yang kurang, atau tersendat. Cara pengobatannya dengan obat. Namun obat tersebut hanya meminimalisir pembesaran prostat,” tambah dr. Binsar.
Dr. Binsar menambahkan bahwa memang ada masalah lain yang timbul pada saat pengobatan pembesaran prostat.
Baca Juga: 3 Fakta Senjata Naruto 'Kunai', Jadi Sajam untuk Serang Wiranto
Efek dari pengobatan ini adalah ereksi terganggu atau ejakulasi kebelakang yang disebut dengan retrograde ejakulasi.
Jika langkah yang harus diambil adalah operasi pengambilan prostat, maka dibutuhkan spare waktu sekitar dua tahun untuk kembali ke kondisi normal.
“Apa lagi dua tahun pertama setelah operasi itu biasanya fase akut, itu sama sekali ejakulasi tidak ada, kosong. Padahal ejakulasi kebelakang, ternyata ada ejakulasi tapi ke belakang. Demikian Pak, semoga menjawab,” tutup dr. Binsar.
Punya keluhan atau pertanyaan seputar kehidupan seksual? Dengarkan Sex in the City setiap hari Kamis, pukul 22.00 – 24.00 WIB, hanya di Radio Sonora 92.0 FM Jakarta.
Baca Juga: Maroon 5 Rilis Musik Video 'Memories' untuk Mendiang Sahabatnya, Siapa?