Sonora.ID - Pertumbuhan anak adalah pertumbuhan yang penuh dengan masa peralihan dan perubahan. Pada masa peralihan ini, peran orang tua menjadi sangat penting, terlebih dalam membangun komunikasi yang positif.
Tidak jarang yang kemudian terjadi adalah perdebatan antara anak dan orang tua. Perdebatan ini terjadi karena sang anak sedang mengalami gejolak dalam dirinya menuju seorang yang lebih dewasa.
Sedangkan orang tua terkadang tidak bisa membangun komunikasi yang baik untuk dapat mengerti apa yang dirasakan dan dialami oleh sang anak.
Pengajar dan Praktisi Parenting, Hengki Iskandar menjelaskan bahwa, cukup banyak orang tua yang terkadang tidak menyadari bahwa anaknya sudah pada tahap perubahan, khususnya masa puber. Ketidaksadaran ini kemudian berbuah buruk pada komunikasi antar kedua pihak.
“Sehingga orang tua memang harus sadar dengan perubahan-perubahan ini, maka komunikasi, cara pendekatan, dan cara mendidiknya harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut,” tambah Hengki.
Pihaknya pun menjelaskan tipe-tipe komunikasi yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua berdasarkan usia anak.
Usia Balita
Pada usia ini anak lebih cenderung menggunakan indra penglihatannya untuk mendapatkan informasi. Sehingga orang tua yang memiliki anak pada usia ini, maka penyampaian pesan melalui verbal tidak akan terlalu efektif.
“Kalau misalnya kita mau mengajarkan sesuatu ya kita harus buat contoh. Misalnya bangun pagi, menaruh barang pada tempatnya, itu kita harus berikan contoh ke anak-anak, sehingga mereka kemudian bisa mengikuti,” jelas Hengki.
Usia Praremaja
Selain penglihatan yang masih kuat, pada usia ini anak sudah mulai menggunakan indra pendengaran untuk mendapatkan informasi.
Pada usia inilah orang tua sudah bisa memberikan nasihat, membangun komunikasi yang baik, dan menjelaskan sebab-akibat dari apa yang dilakukan oleh anak.
Remaja – Dewasa
Pada tahap ini orang tua masih tetap memberikan teladan yang baik, namun teladan tersebut harus disertai dengan penjelasan.
Karena pada usia ini, seorang anak sudah mulai mempertanyakan apapun yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya.
“Enggak bisa lagi cuma bilang ‘kamu enggak boleh begitu ya’, enggak bisa. Anak pasti akan bertanya ‘kenapa enggak boleh?’ Jadi harus mulai ada penjelasan-penjelasannya,” jelas Hengki.
Jadi, melihat perubahan tersebut, orang tua diharapkan juga mampu mengubah cara komunikasi agar anak bisa mendapatkan pendidikan yang efektif.