Kunci utamanya adalah orang tua harus menyadari dan menerima bahwa kondisi yang dialaminya tidak sama dengan kondisi yang dialami si anaknya.
Dengan demikian maka anak tidak akan membawa beban untuk mewujudkan mimpi orang tua, dan mungkin mengorbankan cita-cita atau mimpi yang ingin dikejarnya.
Hanlie juga mengatakan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, sudah banyak orang tua yang mulai terbuka dengan pilihan studi anak-anaknya.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada orang tua yang masih menyelipkan mimpi mereka. Perbedaannya mungkin dengan cara komunikasi yang lebih halus.
Baca Juga: Gerah dengan Pelecehan Seksual di Konser, Feast Canangkan Gerakan S.O.S
Harapan ini biasanya muncul karena orang tua sudah memiliki ekspektasi, dan gambaran positif terhadap profesi tertentu.
Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah pada para pengusaha yang menginginkan usahanya terus berkembang, kemudian berharap sang anak bisa meneruskan bisnis keluarganya tersebut.
“Tetap ada orang tua yang punya parental expectation, mengharapkan anak sesuai dengan apa yang orang tua harapkan, karena dianggap profesinya mungkin lebih menguntungkan, menjanjikan, atau meneruskan apa yang sudah mereka bangun sebelumnya,” tambah Hanlie.
Baca Juga: Bertajuk ‘Don’t Start Now’, Dua Lipa Rilis Lagu Pertama di Album Kedua