Dua faktor utama yang harus diperhatikan adalah pertama sistem pembelajaran. Karena pasti para siswa dan guru Papua akan mengamami 'culture shock', karena adanya sistem pembelajaran yang berbeda antara zaman dahulu dan sekarang.
Jika sistem pembelajaran anak-anak didik dipapua berubah bukan tidak mungkin mereka dapat meningkatkan kemampuan cara berfikir yang lebih, kreatif dan inovatif dari anak-anak yang sistem pendidikannya telah bagus, seperti kota-kota besar di Indonesia.
Baca Juga: Iuran BPJS di Semua Kelas Naik Mulai 2020, Berikut Rinciannya
Bahkan siswa dan siswi di papua diprediksi dapat menjadi generasi yang memiliki kemampuan untuk mengantisipasi era revolusi industri 4.0.
Tantangan kedua yang harus dihadapai oleh menteri pendidikan dan kebudayaan yang baru adalah masalah teknis.
Karena hingga saat ini Papua belum rampung dalam pemerataan jaringan internet.
Baca Juga: Setelah Gempa, Gunung Anak Krakatau Erupsi Memasuki Status Waspada
Kendala jaringan internet inilah yang secara nyata menjadi halangan Nadiem dalam mensukseskan program digitalisasi diPapua.
Cara lain yang bisa diterapkan, lanjutnya, yaitu dengan menempatkan server offline di daerah itu.
Namun, peralatan itu harus rajin diperiksa dan dipelihara oleh petugas. Tentunya akan cukup sulit karena antara lain menyangkut faktor geografis.
Mungkin itulah salah satu solusi sementara sembari Kemeninfo merampungkan tugasnya dalam pemerataan Indonesia bebas sinyal pada 2020 kelak.
Baca Juga: Menkominfo Johnny Plate Angkat Bicara Soal Persiapan 5G di Indonesia