Martha Christina Tiahahu
Berasal dari Maluku, dirinya tergabung dalam pelawanan terhadap Belanda pada usianya yang masih belia, yaitu 17 tahun.
Di usianya yang masih remaja, ia ikut bertempur dalam Perang Pattimura tahun 1817, dan mendampingi sang Ayah dalam pertempuran di Nusalaut dan Saparua.
Sosoknya yang pemberani ini memberikan semangat bagi kaum wanita untuk mendukung kaum pria dalam berperang. Bahkan akibatnya Belanda dikabarkan sempat kewalahan melihat wanita yang ikut bertempur.
Dalam pertempuran di desa Ouw Ullat Jasirah, ia akhirnya ditangkap dan diasingkan ke pulau Jawa. Namun, belum tiba, Martha meninggal di kapal perang Eversten.
Jasadnya diluncurkan ke laut Banda pada 2 Januari 1818 di usianya yang masih 17 tahun.
Baca Juga: Hebohkan Twitter untuk Galang Dana Nikah & Cicilan Motor, Ini Kata CEO Kitabisa
RA Kartini
Siapa yang tidak kenal Kartini? Seorang yang jasanya diabadikan setiap tanggal 21 April sebagai Hari Kartini ini lahir di Jepara pada tahun 1879.
Perjuangannya sebagai penuntut kesamaderajatan wanita dengan pria membuat dirinya dikenal oleh seluruh wakyat Indonesia bahkan hingga saat ini.
Kisah tentang perjuangannya pun tertuang dalam buku ‘Emansipasi: Surat-Surat kepada Baca Juga: Segera Dibangun, Masjid Apung Ancol Diprediksi Rampung Tahun 2020Bangsanya 1899 – 1904’. Dalam buku tersebut terdapat surat Kartini kepada teman dan kenalannya di Belanda yang menyatakan perasaan dan cita-citanya.
Dirinya pun membuka sekolah wanita di kompleks kantor Bupati Rembang demi mewujudkan emansipasi yang diinginkannya.
Dirinya meninggal pada tahun 1904 di usia 25 tahun, empat hari setelah melahirkan anaknya yang bernama RM Soesalit.
Jadi, tidak ada alasan lagi bagi kaum muda Indonesia untuk tidak mencintai negara ini ya, karena Pahlawan Nasional pun berjuang sejak usia belia.