Jadi Pahlawan di Usia Belia? Berikut 3 Pahlawan Nasional Termuda

10 November 2019 11:00 WIB
Pahlawan Nasional Termuda
Pahlawan Nasional Termuda ( )

Sonora.ID - Selamat Hari Pahlawan! Hari ini, 10 November, Indonesia kembali memperingati hari besar negara yaitu Hari Pahlawan.

Mengingat dan mengenang jasa para Pahlawan Nasional yang sudah berjuang demi kemerdekaan Indonesia, sudah selayaknya mengabadikan satu hari penuh untuk perjuangan mereka.

Meski sudah gugur, namun ada nilai-nilai yang para pahlawan tinggalkan untuk diteruskan pada seluruh warga Indonesia, khususnya anak muda.

Semangat anak muda yang masih bergelora akan makin berpengaruh jika ditambah dengan jiwa nasionalisme yang tinggi juga.

Hal tersebut pun yang dilakukan oleh beberapa Pahlawan Nasional. Banyak dari mereka yang berjuang bahkan gugur dalam usia muda.

Baca Juga: Hari Pahlawan! Ini 6 Museum Sejarah yang Cocok untuk Anda Dikunjungi

Daan Mogot

Diabadikan sebagai nama sebuah daerah di bilangan Jakarta, Daan Mogot adalah pahlawan asal Manado yang memiliki nama asli Elias Daniel Mogot.

Pada tahun 1943, dirinya baru berusia 15 tahun dan sudah berhasil menjadi instruktur Pembela Tanah Air atau PETA.

Tidak hanya itu, dua tahun kemudian dirinya bergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat atau BKR.

Perjuangannya berakhir pada saat dirinya terlibat dalam Pertempuran Lengkong pada 25 Januari 1946 karena terkena tembakan di dada dan bertahan menembaki pasukan KNIL Belanda agar bawahnnya bisa selamat.

Daan Mogot gugur dalam usia 17 tahun.

Baca Juga: Berikut Adalah 6 Tokoh Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2019

Martha Christina Tiahahu

Berasal dari Maluku, dirinya tergabung dalam pelawanan terhadap Belanda pada usianya yang masih belia, yaitu 17 tahun.

Di usianya yang masih remaja, ia ikut bertempur dalam Perang Pattimura tahun 1817, dan mendampingi sang Ayah dalam pertempuran di Nusalaut dan Saparua.

Sosoknya yang pemberani ini memberikan semangat bagi kaum wanita untuk mendukung kaum pria dalam berperang. Bahkan akibatnya Belanda dikabarkan sempat kewalahan melihat wanita yang ikut bertempur.

Dalam pertempuran di desa Ouw Ullat Jasirah, ia akhirnya ditangkap dan diasingkan ke pulau Jawa. Namun, belum tiba, Martha meninggal di kapal perang Eversten.

Jasadnya diluncurkan ke laut Banda pada 2 Januari 1818 di usianya yang masih 17 tahun.

Baca Juga: Hebohkan Twitter untuk Galang Dana Nikah & Cicilan Motor, Ini Kata CEO Kitabisa

RA Kartini

Siapa yang tidak kenal Kartini? Seorang yang jasanya diabadikan setiap tanggal 21 April sebagai Hari Kartini ini lahir di Jepara pada tahun 1879.

Perjuangannya sebagai penuntut kesamaderajatan wanita dengan pria membuat dirinya dikenal oleh seluruh wakyat Indonesia bahkan hingga saat ini.

Kisah tentang perjuangannya pun tertuang dalam buku ‘Emansipasi: Surat-Surat kepada Baca Juga: Segera Dibangun, Masjid Apung Ancol Diprediksi Rampung Tahun 2020Bangsanya 1899 – 1904’. Dalam buku tersebut terdapat surat Kartini kepada teman dan kenalannya di Belanda yang menyatakan perasaan dan cita-citanya.

Dirinya pun membuka sekolah wanita di kompleks kantor Bupati Rembang demi mewujudkan emansipasi yang diinginkannya.

Dirinya meninggal pada tahun 1904 di usia 25 tahun, empat hari setelah melahirkan anaknya yang bernama RM Soesalit.

Jadi, tidak ada alasan lagi bagi kaum muda Indonesia untuk tidak mencintai negara ini ya, karena Pahlawan Nasional pun berjuang sejak usia belia.

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm