Sonora.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membuka Kongres ke-29 Notaris Dunia yang digelar hari ini (28/11/2019) di Jakarta Convention Center.
Kongres yang dihadiri oleh para notaris dari puluhan negara anggota International Union of Notaries (UINL) tersebut mengangkat sejumlah tema yang salah satunya ialah mengenai tantangan di era revolusi industri 4.0 yang harus dihadapi para notaris di seluruh dunia.
Jokowi mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 menghadirkan disrupsi di hampir seluruh negara, termasuk negara-negara anggota UINL, dan memunculkan tantangan baru yang harus dihadapi bersama.
Baca Juga: Jokowi Berharap 5 Destinasi Bali Baru Dapat Menambah Devisa Negara
"Era disrupsi ini menghadirkan tantangan-tantangan baru dan juga memberikan tantangan-tantangan besar di mana pemerintah, pelaku bisnis, dan kalangan notaris harus mengubah proses pemerintahan maupun proses bisnis dan budaya kerja perusahaan di semua sektor," ujarnya.
Namun, bukan hanya pemerintah, kalangan bisnis, pelaku usaha, termasuk kalangan notaris juga harus segera berbenah.
Saat ini, teknologi informasi telah menjadi penggerak utama proses bisnis di seluruh dunia.
Baca Juga: Tagar #JokowiTakutFPI jadi Trending Nomor Satu di Twitter, Ada Apa?
Dalam hal ini, Presiden melihat bahwa inovasi teknologi dapat melayani dan meningkatkan hampir seluruh kegiatan kenotarisan.
Seperti misalnya pembayaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) secara autodebet untuk notaris, ujian pengangkatan notaris, registrasi pengangkatan notaris, dan sebagainya.
Baca Juga: Izin FPI Bakal Diperpanjang, Netizen Gaungkan Tagar #JokowiTakutFPI di Twitter
"Itu artinya inovasi teknologi akan mampu membuat lompatan yang akan berdampak pada kerja-kerja profesi notaris sehingga notaris bisa bekerja semakin cepat yang akhirnya bermuara pada peningkatan kecepatan dan kemudahan berusaha di negara kita Indonesia," tuturnya.
Di Indonesia, pemerintah juga berupaya untuk mendukung kemajuan teknologi dengan meningkatkan akses kepada layanan telekomunikasi bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, sejak 2015 lalu pemerintah melakukan investasi infrastruktur konektivitas digital yang cukup besar dengan membangun jaringan tulang punggung serat optik sepanjang 12.128 kilometer yang dikenal dengan nama Palapa Ring.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sambut Peningkatan Kerja Sama Ekonomi Korea-Indonesia