Sonora.ID - Tentara Angkatan Udara (AU) Amerika Serikat (AS) telah menyerang sebuah bangunan yang diduga gudang senjata oleh milisi Syiah di Irak, Kataib Hizbullah (KH).
Melansir CNN, penyerangan ini diduga sebagai pembalasan karena dalam beberapa waktu sebelumnya markas pasukan gabungan AS-Irak di Negeri 1001 Malam sering diserang oleh pasuka yang diduga didalangi oleh milisi Syiah yang didukung Iran.
Serangan udara tersebut dilaporkan telah digelar pada Minggu (29/12/2019) pukul 11.00 waktu setempat. Serangan dilangsungkan dengan menggunakan jet tempur jenis F-15 Strike Eagle.
Baca Juga: Co-Pilot Wings Air Ditemukan Tewas Gantung Diri, Gara-gara Dipecat?
Saat penyerangan, terjadi dua kali ledakan susulan di lokasi yang diduga akibat amunisi yang disimpan.
Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS (Pentagon), Jonathan Hoffman, serangan itu dilakukan tepat sasaran dan diyakini akan melemahkan kekuatan milisi KH.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, dilaporkan terlebih dulu meminta restu Presiden Donald Trump sebelum menggelar serangan tersebut.
Baca Juga: Tabrak Gedung, Pesawat Berisi 100 Penumpang Jatuh di Kazakhstan
Menurut keterangan Unit Pasukan Rakyat (PMU atau Hashd al-Shaabi), sebanyak 19 orang meninggal akibat serangan AS. Milisi KH adalah salah satu dari sekian banyak kelompok bersenjata Syiah yang bernaung di bawah organisasi tersebut.
Menurut Juru Bicara PMU, Jewad Kadum, sampai saat ini mereka masih melakukan evakuasi di lokasi serangan.
Baca Juga: Kanye West Mengklaim Dirinya Akan Jadi Presiden Amerika Serikat
Sebagai informasi, AS memutuskan menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 (Joint Comprehensive Plan Of Action) dan kembali menjatuhkan serangkaian sanksi kepada Iran. Alasannya adalah terus melanjutkan proyek pengembangan rudal dan diduga terlibat dalam sejumlah peperangan, seperti Suriah dan Yaman.
Bahkan AS memasukkan korps prajurit elite Iran, Korps Garda Revolusi (IRGC), ke dalam daftar teroris. Iran yang mempunyai sejumlah sekutu milisi di Timur Tengah diduga menargetkan pasukan AS yang berada di Irak sebagai aksi balasan.