Sonora.ID - Baru-baru ini warga Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo telah digegerkan dengan penemuan arca ganesha berukuran besar di lahan pertanian warga setempat.
Namun sayang arca tersebut ditemukan tanpa kepala.
Pertama kali ditemukan seorang petani saat mencangkul lahannya.
Baca Juga: Terjadi Lagi, Insiden Ponsel Meledak Saat Dicas Hingga Menewaskan Satu Orang
Dalam kepercayaan Hindu, arca ganesha merupakan dewa yang berwujud manusia dan berkepala gajah.
Diduga arca yang ditemukan oleh warga tersebut setinggi sekitar 1,4 meter dan lebar 1,2 meter.
Penemuan ini semakin menguatkan data dalam buku ‘The History Java’ karya Sir Thomas Stamford Raffles.
Dalam buku tersebut disebutkan terdapat lebih dari 400 situs atau candi yang berada di Dieng.
Baca Juga: Erick Thohir Kembali Rombak Jajaran Direksi BUMN, Kini Giliran ASDP
Dikutip dari Jateng.Tribunnews.com, Peneliti Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara, Dhimas Ferdhianto menduga bahwa masih ada banyak arca lainnya yang belum ditemukan di Kawasan Dieng.
Dhimas menyebutkan bahwa bebatuan andesit di Dieng memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan bebatuan candi atau arca yang berada di Magelang atau Klaten.
Bantuan tersebut lebih ringan sehingga lebih mudah untuk memindahkannya dari tempat penemuan.
Baca Juga: Polres Jakpus Amankan Tas Mencurigakan di Masjid Sunda Kelapa, Polisi Sebut Ini Isinya
Ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mudahnya jual beli babatuan candi maupun pemindahan dari situsnya.
Selain itu, dirinya juga menjelaskan bisa bahwa faktor alam bisa menjadi salah satu faktor lain yang bisa mempengaruhi rusak atau hilangnya situs yang berada di Dieng.
Terlebih jika Dieng merupakan wilayah yang tercatat mengalami bencana akibat aktivitas vulkanik.
Seringnya gempa tersebut tentu akan memperburuk kondisi dari situs yang ada.
Seperti Candi Parikesit, Nakula, Sadewa, Nalagareng, serta Setyaki yang menjadi korban, hilang atau hancur.
Baca Juga: Rayakan Malam Pergantian Tahun? BMKG: Jakarta Berpotensi Hujan Petir
"Beberapa candi ini hancur setelah tanah sekitarnya terjadi longsor," tambahnya.
Selain perkembangan penduduk yang cepat, kebijakan pada era Presiden Soeharto yang membagikan sertifikat lahan kepada para pendatang yang datang ke Dien juga bisa menjadi salah satu faktor lainnya.
Baca Juga: Berikut Rentetan Fakta Menarik 'Uha' Sang Manusia Gorong-Gorong
Banyak dari masyarakat yang membuka lahan sebagai pertanian ketika keluarnya izin membuka lahan, sehingga situs-situs yang berada di wilayah itu semakin terancam.
Alhasil banyak komplek percandian yang terkubur di permukiman masyarakat ataupun lahan pertanian.
“Contohnya adalah Situs Watu Kelir, komplek Candi Magersari, Candi X, hingga Candi U."
"Puluhan candi yang tergusur untuk pembangunan Jalan Lingkar Dieng serta masih banyak faktor lainnya," ucapnya.
Baca Juga: Simak! Tak Hanya BPJS, Harga Rokok juga Akan Naik di Tahun 2020