Sonora.ID - Dua buah pulau yang ada di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan menghilang.
Hal ini disampaikan oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Selatan menuturkan bahwa menghilangnya dua pulau di Sumsel disebabkan karena adanya perubahan Iklim.
Selain karena adanya perubahan Iklim, kerusakan lingkungan yang terjadi disepanjang tahun 2019 juga menjadi faktor hilangnya dua pulau tersebut.
Baca Juga: Heboh di Masyarakat, Ganjar Pranowo Nyentil Keraton Agung Sejagat
Adapun dua pulau yang dikabarkan hilang oleh Walhi adalah Pulau Betet yang mana ketinggian tanah (elevasi) berada diangka -1 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL) serta pulau Gundul dengan kondisi permukaan -3 MDPL.
Kedua pulau tersebut menghilang karena tenggelam akibat adanya kerusakan lingkungan yang terjadi disepanjang 2019 silam.
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, M Hairul Sobri menyatakan, ada 23 pulau kecil di wilayah Sumsel yang terancam ikut tenggalam.
Baca Juga: Negara Ini Bebaskan Pajak Kendaraan bagi Warganya yang Gunakan Mobil Listrik
Pulau-pulau tersebut terancam akan tenggelam jika kerusakan lingkungan disekitar Sumsel terus terjadi.
"Pulau Burung, Pulau Kalong, Pulau Salahnamo, dan Pulau Keramat terancam hilang di tahun ini (2020) karena ada penurunan tanah dan kenaikan air laut,"kata Hairul di Palembang, seperti dikutip dari Kompas.com Selasa (14/1/2020).
Menurut Hairul, perubahan iklim menyebabkan tingginya permukaan laut akan mengancam tenggelamnya wilayah-wilayah pesisir baik berpenduduk ataupun tidak.
Selain itu, masih ketergantungan Provinsi Sumatera Selatan dengan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam juga turut mendorong laju pelepasan emisi gas rumah kaca.
Baca Juga: Ormas Jawara Betawi Siap Kawal Anies Baswedan dari Para Demonstran Banjir
Sumatera Selatan memiliki 1,2 juta Hektare luas lahan gambut. Namun, di tahun 2019 tercatat sebesar 361.889 Hektare, dari luasan itu 60,93 persennya atau 240.483 Hektare habis terbakar.
Ekosistem gambut yang terbakar karena adanya perluasan lahan maupun kekeringan, membuat kerusakan ekosistem semakin meningkat tinggi.
" Banjir Bandang di dua Kecamatan dan tiga Desa di Kabupaten Lahat, kita menemukan krisis air. Kebakaran hutan yang masif, ditambah lagi kabut asap yang memaparkan wilayah di Sumsel. Kita melihat kebakaran hutan tidak lepas dari carut-marutnya tata kelola yang melegalkan wilayah gambut di rusak. Wilayah rawan bencana, semakin tahun semakin meluas, ancaman kebakaran hutan dan lahan semakin luas,"tuturnya.
Baca Juga: Prabowo Bertolak ke Prancis Bahas Soal Penguatan di Bidang Pertahanan