Sonora.ID - Perempuan memang digadang-gadang memiliki potensi terkena kanker lebih besar dari pada pria, pasalnya banyak bagian tubuh perempuan yang membutuhkan perhatian dan perawatan ekstra.
Misalnya saja belakangan ini, perempuan di Indonesia bahkan dunia sedang gencar menjaga diri dari maraknya kanker serviks atau mulut rahim dan kanker payudara.
Kedua kanker ini menjadi perhatian perempuan di seluruh dunia dalam jangka waktu beberapa tahun belakangan ini, karena angka penderitanya yang mulai bertambah.
Seiring dengan maraknya penyakit, biasanya diikut dengan banyaknya teori yang simpang-siur terkait dengan penyakit tersebut.
Baca Juga: Mengeluh Terlalu Kurus atau Gemuk? Ini Cara Mengukur Berat Badan Ideal
Salah satu teori yang banyak disebarkan adalah bahwa menggunakan bra dengan penopang kawat bisa menyebabkan kanker payudara.
Mendengar adanya teori tersebut, dr. Santi dari Medical Centre Kompas Gramedia pun angkat bicara dan menjelaskan benar atau tidaknya teori tersebut.
“Enggak perlu kawatir, pakai saja. Enggak ada hubungannya antara pakai bra kawat dengan kanker, jadi itu termasuk hoax, karena fungsinya kan memang menopang,” jelas dr. Santi.
Selain menegaskan bahwa teori tersebut adalah hoaks atau tidak benar, dr. Santi juga mengimabau kepada seluruh perempuan untuk bisa mengenali tubuhnya sendiri.
Baca Juga: Mitos atau Fakta Makan Cabai dan Jambu Biji Sebabkan Usus Buntu?
Perempuan harus bisa mengenali kondisi payudaranya, pola haidnya, dan mengenali seluruh bagian tubuhnya, agar bisa dengan cepat menyadari jika ada perubahan tertentu.
Pemerintah pun mengimbau untuk tidak hanya melakukan gerakan ‘SADARI’ atau Pemeriksaan Payudara Sendiri, namun ini dilengkapi dengan ‘SADANIS’ yaitu Pemeriksaan Payudara Klinis.
“Jadi penting untuk melakukan pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh tenaga klinis, entah bidan atau dokter. Biasanya dianjurkan dilakukan satu tahun sekali, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kanker rahim,” sambung dr. Santi.
Sedangkan untuk ‘SADARI’, karena bisa dilakukan sendiri maka jangka waktunya pun lebih sering dari pada yang dilakukan oleh tenaga klinis.
Baca Juga: Dok Apakah Nyeri Pada Dada Dapat Menyebabkan Seseorang Meninggal?
Dr. Santi menegaskan, pemeriksaan payudara sendiri ini harus dilakukan satu bulan sekali, tepatnya pada 7-10 hari setelah haid hari pertama.
“Tiap bulan dilakukan pada masa yang sama, jadi kalau misalnya tujuh hari ya setiap bulan harus periksa tujuh hari setelah haid. Karena setiap hari, bentuk, kekenyalan, dan suasana payudara itu berbeda,” jelas dr. Santi.
Jika bingung apa saja yang perlu diperiksa, dr. Santi menganjurkan untuk menonton tutorialnya, tapi pada dasarnya memeriksa seluruh bagian payudara.
“Mulai dari dua jari di bawah tulang selangka, sampai di payudara bagian bawah, lalu di luarnya itu di pertengahan garis ketiak, lalu bagian tengahnya di garis tengah antara kiri dan kanan,” sambung dr. Santi.
Baca Juga: Saya Minum 5 Liter Air dalam Sehari, Apakah Ada Efek Sampingnya?