Jika dibandingkan, pada tahun 1998 yang lalu nilai tukar rupiah awalnya diangkat Rp 5 ribu, kemudian dalam waktu satu minggu bergerak diangka Rp 16 ribu.
Hal tersebut jelas lebih parah daripada kondisi Indonesia saat ini di tengah pandemi virus corona yang masih terus berkembang.
Bima mengakui bahwa pada tahun 2020 ini memang masalah ekonomi jauh lebih kompleks, karena ada masalah perang dagang yang belum selesai.
Baca Juga: Tenaga Medis Meninggal Setelah Tangani Corona, Jokowi: Saya Ucapkan Terima Kasih
Masalah ini diperparah dengan virus corona yang baru-baru ini menginfeksi seluruh penjuru bumi, dan diikuti dengan perang harga minyak mentah.
Terkait dengan terus menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, Bima belum bisa memprediksi kapan hal tersebut berakhir karena sangat berkaitan erat dengan virus corona.
“Rupiah ini juga terkait dengan pandemik virus corona, ada yang bilang Bulan Mei atau April. Artinya memang pelemahan rupiahnya masih akan terjadi, semoga tidak berlanjut sampai akhir tahun,” tambah Bima.
Di sisi lain, pihaknya menyatakan kegiatan ekspor impor akan membantu nilai tukar rupiah.
Baca Juga: RS Darurat Corona Siap Beroperasi, Presiden: Saya Berharap Tak Digunakan