Sonora.ID - Di tengah situasi genting yang disebabkan oleh maraknya penularan virus corona seperti saat ini, semua aspek dalam kehidupan manusia.
Salah satu dampak yang paling bisa dirasakan dan terlihat adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menyentuh angka Rp 16 ribu.
Padahal sebelumnya nilai rupiah berada di posisi sekitar Rp 13 ribu sebelum virus corona ini merebak di seluruh negara.
Baca Juga: Hadapi Covid-19, Jokowi Minta BI Fokus Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Melihat hal tersebut, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Bina Yudhistira menyatakan bahwa lemahnya rupiah terhadap dolar ini pun pernah terjadi pada tahun 1998 pada saat krisis moneter.
Meski demikian, dirinya dapat memastikan bahwa kondisi di Indonesia saat ini jauh lebih baik daripada saat tahun 1998 yang lalu.
Pasalnya Indonesia memiliki amunisi untuk bisa menstabilkan kondisi tersebut.
“Dari nilai cadangan devisa kita, jauh lebih gemuk daripada tahun 1998, artinya memang ada amunisi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah,” jelas Bima.
Baca Juga: Jokowi Umumkan Insentif Tenaga Medis yang Tangani Corona Hingga Rp 300 Juta
Jika dibandingkan, pada tahun 1998 yang lalu nilai tukar rupiah awalnya diangkat Rp 5 ribu, kemudian dalam waktu satu minggu bergerak diangka Rp 16 ribu.
Hal tersebut jelas lebih parah daripada kondisi Indonesia saat ini di tengah pandemi virus corona yang masih terus berkembang.
Bima mengakui bahwa pada tahun 2020 ini memang masalah ekonomi jauh lebih kompleks, karena ada masalah perang dagang yang belum selesai.
Baca Juga: Tenaga Medis Meninggal Setelah Tangani Corona, Jokowi: Saya Ucapkan Terima Kasih
Masalah ini diperparah dengan virus corona yang baru-baru ini menginfeksi seluruh penjuru bumi, dan diikuti dengan perang harga minyak mentah.
Terkait dengan terus menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, Bima belum bisa memprediksi kapan hal tersebut berakhir karena sangat berkaitan erat dengan virus corona.
“Rupiah ini juga terkait dengan pandemik virus corona, ada yang bilang Bulan Mei atau April. Artinya memang pelemahan rupiahnya masih akan terjadi, semoga tidak berlanjut sampai akhir tahun,” tambah Bima.
Di sisi lain, pihaknya menyatakan kegiatan ekspor impor akan membantu nilai tukar rupiah.
Baca Juga: RS Darurat Corona Siap Beroperasi, Presiden: Saya Berharap Tak Digunakan