Palembang, Sonora.ID - Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Hal ini juga terjadi di Provinsi Sumatera Selatan.
Apakah pemerintah setempat akan menyiapkan sebuah lokasi tertentu untuk dijadikan rumah sakit darurat dalam penanganan pasien positif Covid-19?
Juru bicara gugus tugas penanganan Covid-19 Provinsi Sumatera Selatan, Prof. Yuwono, dalam perbincangannya di Radio Sonora, Selasa (31/3/2020), mengatakan, hal tersebut tidak benar. Menurutnya, lokasi yang dipersiapkan oleh pemerintah di Jakabaring Sport City, bukan untuk dijadikan sebagai rumah sakit darurat, tapi dipergunakan untuk tempat isolasi bagi pasien Covid-19.
Prof. Yuwono mengungkapkan, selama ini karantina yang dilakukan sering bersifat mandiri.
“Kita kurung di rumah masing-masing,” ujarnya.
api, lanjut Prof. Yuwono, pihaknya tidak dapat mengetahui tentang ketaatan pasien tersebut bila mereka diisolasi di rumah masing-masing.
Hal itulah yang mendasari Gubernur Sumsel Herman Deru untuk melakukan karantina terhadap orang dalam pantauan yang memiliki risiko. Lokasi karantina tersebut diberi nama Rumah Sehat Covid-19.
Prof. Yuwono menegaskan, pasien yang ingin dikarantina di Rumah Sehat Covid-19, harus mendapatkan rekomendasi oleh pihak rumah sakit.
“Jadi, gak bisa datang ke sana langsung minta masuk karantina. Tapi, harus berdasarkan surat yang dirujuk dari rumah sakit di mana dia tinggal,” ujarnya.
Prof. Yuwono mencontohkan, seseorang yang tinggal di daerah Gandus, harus mendapatkan status odp yang dikeluarkan oleh rumah sakit yang ada di daerah tersebut (Gandus-red).
“Orang tersebut dikirim ke karantina yang ada di Jakabaring, di rumah sehat Covid-19 tadi. Baru dia boleh masuk,” ungkapnya.
Rumah sehat Covid-19, lanjut Prof. Yuwono, mulai beroperasi sejak Senin (30/3) kemarin. Pihaknya menyiapkan tim yang bertugas di rumah sehat Covid-19, termasuk tim medisnya, untuk melakukan monitoring selama masa inkubasi 14 hari.
“Tiap-tiap orang berbeda, tentu. Misalnya masuk hari ini, masuk besok, kan lain-lain waktunya,” ujar Direktur RS Pusri tersebut.
Prof. Yuwono menilai, dengan semakin banyaknya odp dan pdp yang terjaring, hal tersebut akan semakin bagus, karena pihaknya dapat melokalisir kemungkinan terjadinya kasus positif covid-19.
Menurut Prof. Yuwono, dengan cukup banyaknya pemberitaan soal pasien positif covid-19 yang telah sembuh, hal itu yang membuat pihaknya menekankan kepada masyarakat untuk tetap menjaga imunitas tubuh.
“Kalau orang punya imunitas yang baik, maka dia tidak akan kena di urutan pertama. Kalau dia kena, dia tidak akan sakit. Kalau dia sakit, maka akan cepat sembuh. Itu kalau imunitasnya cukup,” ungkapnya.
Prof. Yuwono melihat, dari semua pasien, hanya 5% yang mengalami perburukan. Hal itu dipengaruhi oleh imunitas yang buruk dan ada penyakit lainnya.
Secara berurutan, Prof. Yuwono menjabarkan, ada 4 cara untuk menjaga imunitas tubuh tetap baik.
“Pertama, cukup tidur. Kedua, cukup makan. Ketiga, cukup gerak. Keempat, berpikir positif,” ujarnya.
Pihaknya, kata Prof. Yuwono, tetap memperketat pengecekan di pintu-pintu masuk ke wilayah Prov. Sumsel.
Baca Juga: UPDATE Covid-19 Sumsel: 11 Orang Positif, 3 Kasus Transmisi Lokal
Prof. Yuwono mengungkapkan, sedapat mungkin orang-orang dengan risiko tinggi segera dideteksi dan dilokalisir.
“Ini yang dilakukan, termasuk di terminal, di bandara, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Sampai hari ini, lanjut Prof. Yuwono, tidak ada penutupan pintu masuk tersebut. Menurutnya, Sumatera Selatan masih butuh akses transportasi ke daerah lain.
“Kita melakukan lebih intens untuk masalah pengecekan, pengetatan.
Supaya ketemu orang-orang dengan risiko tadi, kemudian kita lokalisir,” ungkapnya.
Di akhir perbincangan, Prof. Yuwono mengatakan, kepanikan adalah separuh dari penyakit. Jadi, kalau masyarakat panik, berarti menyimpan separuh penyakit. Ketenangan, lanjut Prof. Yuwono, adalah separuh dari kesembuhan.
“Apapun sikapnya, kita tarik napas, merendahkan hati kita, Insya Allah kita akan hadapi ini bersama-sama, dengan waktu yang tidak berapa lama. Mudah-mudahan demikian,” pungkasnya.