Sonora.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers virtualnya Jumat (17/4/2020) pagi, memaparkan realisasi APBN hingga akhir Maret 2020.
Tercatat bahwa penerimaan pajak hingga akhir Maret 2020 ini mencapai Rp 279,9 triliun atau 15 persen dari target dalam APBN.
Angka tersebut tumbuh 0,4 persen dari penerimaan pajak tahun 2019 lalu.
Namun, terdapat penurunan penerimaan pajak termasuk penerimaan pajak migas sebesar minus 2,5 persen jika dibandingkan dengan penerimaan pajak pada bulan Maret 2019 lalu.
Sehingga yang berhasil dikumpulkan negara untuk penerimaan pajak selama ini adalah sebesar Rp 241,6 triliun.
Baca Juga: Pemprov Jatim Target Rumah Tangga Miskin Menerima BLT Rp 600 Ribu Per Bulan
"Dilihat lebih dalam dari sisi pajak, maka ini pajak termasuk migas, kita mengumpulkan 241,6 triliun rupiah atau 14,7 persen dari target APBN awal," ungkap Sri Mulyani.
Lebih rinci, penerimaan pajak dari PPh migas hingga akhir Maret ini sebesar Rp 10,3 triliun atau negatif 28,6 persen jika dibandingkan dengan realisasi pada bulan Maret 2019 lalu yang mencapai Rp 14,5 triliun.
Sementara untuk penerimaan dari PPh non migas sebesar Rp 231,3 triliun, yang mana juga tercatat berada di trend negatif yakni negatif 0,8 persen.
Selanjutnya, untuk penerimaan bea dan cukai mengalami pertumbuhan sebesar 23,6 persen atau sebesar Rp 38,3 triliun.
"Bea dan cukai kita yang terkumpul 38,3 triliun dalam hal ini atau 17,2 persn dari target ini masih menunjukan growth setinggi 23,6, namun sekali lagi catatannya sama seperti PNBP," ucapnya.
Baca Juga: Mulai Hari Ini Pemkot Malang Gratiskan Restribusi Pasar, Sewa Rusunawa, dan Air PDAM
Namun Sri Mulyani memberikan catatan bahwa pertumbuhan penerimaan bea dan cukai ini disebabkan oleh lonjakan pembelian pita cukai lebih awal oleh industri hasil tembakau dikarenakan adanya antisipasi pembatasan sosial.
Secara keseluruhan pendapatan negara hingga akhir Maret 2020 sebesar Rp 375,9 triliun atau tumbuh 7,7 persen,
Kembali Sri Mulyani memberikan catatan pertumbuhan ini disebabkan oleh adanya pembayaran deviden lebih awal dari perusahaan bank BUMN yang menyebabkan PNPB melonjak.
Baca Juga: Masuk Surabaya, Penumpang Pesawat, Kapal, Kereta Api & Bus, Diimbau Mandi Dulu
Sehingga menurut Sri Mulyani angka pada realisasi APBN bulan Maret ini belum mencerminkan kondisi ekonomi sesungguhnya.
Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang tidak akan terulang seperti pembelian pita cukai dan pembayaran deviden.
Sementara untuk realisasi belanja negara hingga akhir Maret ini tercatat sebesar Rp 452,4 triliun atau 17,8 persen dari APBN
Sehingga defisit apbn hingga akhir Maret 2020 tercatat sebesar Rp 76,4 triliun atau 24,9 persen dari APBN.
Baca Juga: Update Covid-19 17 April 2020: 5.923 Kasus, 607 Sembuh, 520 Meninggal