Sonora.ID - Angka kelahiran diprediksi akan meningkat sekitar sembilan bulan kedepan akibat dari kebijakan yang mengharuskan berdiam di rumah untuk memutus rantai penyebaran virus corona atau Covid-19.
Ditambah lagi dengan akses penggunaan KB juga menjadi terkendala akibat adanya pandemi Covid-19 ini.
Kepala BKKBN, dr Hasto Wardoyo, SpOg dalam wawancara bersama Radio Sonora mengatakan, ketika ada kebijakan untuk tidak keluar rumah, pihaknya mengecek dan membandingkan data di bulan Februari dan Maret terkait jadwal pelayanan pemasangan kontrasepsi atau KB ternyata menurun hampir 50 persen.
Baca Juga: Ingin Cegah Kehamilan? Berikut Tips dr. Boyke untuk Memilih KB yang Tepat
"Padahal, teorinya ketika orang tidak memakai kontrasepsi, kemudian dia kumpul, kalau tiga bulan begitu ya resiko hamil bisa meningkat sekitar 15 sampai 20 persen," ujar Hasto.
Hasto mengatakan risiko ini lah yang seharusnya diantisipasi oleh BKKBN untuk bekerja cepat, meskipun kendalanya banyak.
Karena adanya imbauan physical distancing, PSBB, dan keterbatasan tenaga medis yang jumlahnya juga sedikit maupun keterbatasan alat-alat medis yang dimiliki.
Baca Juga: Berikut Ini Risiko Bahaya Apabila Anda Menunda Untuk Mempunyai Anak
Baru-baru ini BKKBN juga bekerja sama bersama IBI (Ikatan Bidan Indonesia) dengan melakukan sosialisasi untuk menunda kehamilan dulu semasa pandemi Covid-19, dan membagikan alat kontrasepsi.
Karena, menurut Hasto, masa hamil muda itu banyak risikonya, misalnya seperti mual, pusing, nanfsu makan menurun dan sebagainya sehingga bisa berdampak ke daya tahan tubuh yang menurun sehingga mudah tertular Covid-19.
"Setiap ibu hamil muda daya tahan tubuhnya pasti menurun, seperti yang sudah disebutkan tadi, dan yang kedua, akan sulit untuk kontrol karena dokter-dokter obgyn yang praktek menerima pasien agak selektif," ujar Hasto.
Baca Juga: Sudah KB Steril Tapi Kok Hamil Lagi? Berikut Jawaban dr. Boyke
"Alasan ketiga, setiap ibu hamil 5-10 persen terjadi risiko abortus atau pendarahan yang menyebabkan harus ke Rumah Sakit, ini sudah hukum alam," lanjutnya.
Ketika terjadi pendarahan, atau keguguran, akses pelayanan juga tidak mudah, tidak bisa langsung masuk ke UGD seperti dahulu kala.
Hasto juga menjelaskan alasan keempat, bahwa pengaruh Covid-19 terhadap kehamilan ini juga masih diteliti bahkan banyak dokter yang belum tahu dengan pasti.
Baca Juga: Masih ‘Di Rumah Aja’, Ketua BKKBN: Ada 'Jokes' Corona Negatif, Istri Positif
Hal tersebut lah yang harus pihak BKKBN sosialisasikan ke masyarakat.