Sejatinya rapid test tidak bisa digunakan untuk menguji positif tidaknya tubuh seseorang yang diserang oleh virus corona.
Dewan Penelitian Medis India (ICMR) juga sempat menolak pemerintah India membelit alat rapid test tersebut.
juga mengaku sudah mengetes pasien positif Covid-19 dengan alat itu, namun hasilnya justru negatif antibodi.
Alat rapid test itu juga dinilai gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh ICMR.
"Hasilnya menunjukkan variasi yang luas dalam sensitivitas mereka," kata ICMR pada Senin.
Baca Juga: Tarif Rapid Test Covid-19 Bervariatif, KKPU Pusat Lakukan Penelitian
Pada Senin lalu, masalah ini semakin rumit setelah pengadilan tinggi Delhi membatasi harga tes dan mengatakan bahwa pemerintah telah membayar lebih.
Namun pemerintah mengatakan bahwa negara tidak akan kehilangan uang sepeserpun meski membatalkan pesanan itu.
Sebab pemerintah belum membayar lunas dan membatalkan semua pengiriman.
China telah menjadi produsen dan pengekspor peralatan medis dan peralatan APD selama wabah Covid-19 menjangkiti dunia.
Sebelumnya, China menghadapi banyak keluhan dari beberapa negara tentang masker yang rusak dan APD dengan kondisi serupa.
Hingga Jumat (1/5/2020) India mencatat 34.863 kasus infeksi corona. Ada 1.154 orang meninggal dunia dan 9.068 yang sembuh.
Baca Juga: 211 PMI Dikarantina, Pemkab Tabanan Sediakan 600 Alat Rapid Test
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul India Batalkan Pesanan Alat Rapid Test dari China karena Dianggap Rusak dan Akurasi Rendah.