Karantina Bisa Sebabkan Cabin Fever, Psikolog: Harus Berdamai dengan Corona!

12 Mei 2020 14:00 WIB
Karantina Bisa Sebabkan Cabin Fever
Karantina Bisa Sebabkan Cabin Fever ( https://www.freepik.com/)

Sonora.ID - Masyarakat Indonesia sedang menjalankan karantina atau gerakan di rumah saja, yang sudah berjalan sejak awal Maret 2020 yang lalu.

Sudah lebih dari dua bulan penuh, masyarakat diminta untuk berdiam diri di rumah, melakukan aktivitas di dalam rumah, dan meminimalisir kegiatan di luar rumah.

Awalnya, masyarakat menyambut baik imbauan atau kebijakan yang diberikan oleh pemerintah ini, karena masing-masing keluarga memiliki waktu banyak untuk berkumpul bersama.

Namun, setelah lebih dari dua bulan kebijakan ini dijalankan, banyak orang yang kemudian sudah tidak merasa nyaman di rumah saja karena aktivitasnya cenderung terbatas.

Baca Juga: Terlalu Lama Berdiam di Rumah Sebabkan Cabin Fever, Berikut Tips Siasatinya

Psikolog Novita Tandry pun menyebutkan bahwa kondisi karantina yang sudah berjalan cukup lama ini bisa menyebabkan Cabin Fever yang berujung pada Psikosomatik.

“Cabin Fever adalah perasaan sedih yang muncul akibat terlalu lama terisolasi di dalam rumah atau tempat tertentu, yang kemudian merasakan terputus dari dunia luar,” jelasnya dalam video conference pagi tadi bersama dengan tim Sonora.

Novita juga menjelaskan bahwa dalam dunia psikologi, mengkarantina orang lain memang bisa menyebabkan depresi, itu sebabnya ada hukuman penjara bagi mereka yang melakukan tindak pidana.

Kondisi Cabin fever ini kemudian bisa sangat rentan diderita oleh orang yang menganggap rumahnya sebagai rumah tahanan.

Baca Juga: Seto Mulyadi Bagikan Trik Atasi Kebosanan Pada Anak Saat #DirumahAja

“Jadi di kondisi seperti saat ini, kalau dianggap seperti rumah tahanan, maka cabin fever inilah yang bisa terjadi,” tambah Novita menekankan.

Dalam penjelasannya, Novita juga menyebutkan bahwa gejala dari Cabin Fever ini adalah munculnya kegelisahan, mudah tersinggung, turunnya motivasi, sulit berkonsentrasi, pola tidur tidak teratur, sulit bangun dari tidur, sulit percaya pada orang sekitar, dan merasa sedih atau depresi dalam waktu lama.

Meski demikian, Novita menyatakan bahwa hal ini wajar dan biasa dialami oleh masyarakat, dan bisa disembuhkan ketika orang-orang tersebut bisa berdamai dengan keadaan.

Baca Juga: Jangan Abaikan Kesehatan Psikis di Tengah Wabah Covid-19, Ini Tips Hindari Stres A la Psikolog

“Kalau kita beradaptasi dengan normalitas yang baru ini, kita bisa berdamai dan menerima keadaan, itu adalah kuncinya,” ungkap Novita.

Dalam menghadapi virus corona yang masih terus mewabah di Indonesia, pihaknya pun menekankan bahwa yang terpenting bukanlah melawan tetapi justru menjadikan corona sebagai teman untuk bisa dikenali dengan baik.

“Dalam psikologi yang nomor satu bukan melawan virus corona, karena tak perlu dilawan tapi justru kita perlu mengajak berteman dan kenali dia,” sambungnya.

Pasalnya, dengan mengenal virus corona, masyarakat menjadi lebih mampu untuk menerima keadaan dan tahu cara menjaga tubuh agar tidak terinfeksi corona.

Baca Juga: Pentingnya Peran Orang Tua Terhadap Anak di Tengah Wabah Corona

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm