Surabaya, Sonora.ID - Selain semanggi, rujak cingur, rawon hingga pecel, makanan khas Jawa Timur atau Surabaya yang menjadi ikonik adalah lontong balap.
Racikan potongan lontong, tahu tauge atau kecambah, lentho atau sejenis perkedel dari bahan dasar kacang tolo dan parutan singkong ini menjadi lengkap dengan siraman kuah hangat, kecap dan sambal bumbu hingga sate kerang serta segelas es kelapa muda.
Itulah paket sajian kuliner lontong balap yang ditawarkan mulai dari harga Rp.10.000-Rp 15.000 oleh para penjual yang sebagian masih ada dan bertahan dengan konsep pikulan, seperti di jalan Kranggan Surabaya.
Baca Juga: Pandemi, Pelaku Usaha Kuliner di Palembang Keluhkan Sepi Pembeli
Kuliner lontong balap memang masih banyak dijumpai di berbagai lokasi yang tersebar di Surabaya.
Namun, lontong balap kranggan menjadi salah satu tempat yang memiliki nilai histori dan memori bagi sebagian besar warga Surabaya di-era tahun 80-an, bahkan penjual generasi pertama telah ada sebelum itu.
Keberadaan kuliner lontong balap kranggan memang sangat dikenal di jamannya karena berada dekat dengan lokasi gedung bioskop Garuda saat itu yang namanya juga identik dengan nama kedua setelah sebutan lontong balap.
Baca Juga: Pembeli Kuliner Ramadhan Masjid Ampel Surabaya Berkurang Selama PSBB
Sekarang ini hanya beberapa saja dari para penjual lontong balap kranggan yang masih bertahan di jalan kranggan ditengah dominasi berbagai merek dan menu kuliner asing lainnya terlebih pada saat pandemi dan PSBB saat ini.
Dari delapan lapak kuliner yang berdekatan dengan eks gedung bioskop garuda di Jalan Kranggan ini, lima di antaranya adalah penjual lontong balap yang masih bertahan dan tiga lapak lainnya menjual es kelapa muda.
Pada awalnya, para penjual lontong balap di Surabaya masih menggunakan gerobak jinjing yang dipikul dan kemudian berkembang menggunakan gerobak dorong.
Baca Juga: Pengusaha Kuliner di Palembang Menjerit Karena Sepi Pengunjung
Saat itu mereka masih menggunakan tempayan atau gerabah besar dengan tungku tradisional untuk membakar kayu atau arang sebagai pemanas.
Penjual lontong balap saat ini, ada yang tetap menggunakan tempayan dengan tungku tradional atau menggunakan panci besar dengan pemanas modern.
Selain itu, mereka juga menawarkan menu lontong balapnya melalui jasa layanan antar atau ojol, baik sebagai hantaran saat ramadhan dan terutama disaat pandemi dan PSBB saat ini agar dapat tetap bertahan.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Akan Kembali Lakukan Rapid Test Massal di Beberapa Wilayah