Ketika Perempuan Menjadi Seorang Pengusaha, Apa Saja Tantangannya?

29 Mei 2020 20:45 WIB
Womanpreneur
Womanpreneur ( Sonora FM Bandung)

Bandung, Sonora.ID - Dunia kewirausahaan beberapa tahun kebelakang mulai banyak diwarnai dengan pebisnis-pebisnis perempuan yang menamakan diri mereka dengan sebutan womenpreneur.

Fenomena ini menjadi istimewa dan patut untuk diperbincangkan lebih mendalam karena kenyataannya perempuan secara global berkontribusi banyak dalam ekonomi.

Selain itu, para wanita juga merupakan indikator kemajuan ekonomi.

Hal lain yang menjadi istimewa adalah gaya kepemimpinan yang menjadi indikator yang penting dari pebisnis, wanita memiliki gaya kepemimpinan yang feminine yang mengutamakan empati dan perasaan kepada manusia yang kini sedang banyak dicanangkan oleh para pebisnis. 

Baca Juga: iPusnas Hadirkan Perpustakaan Daring Tanpa Batas Untuk Masyarakat

Dibalik semua keistimewaan dan keunikan yang dialami para womenpreneur, bersama SBM ITB melalui podcast berjudul SBM ITB Talks, para penulis buku ‘Womenpreneur: Ketika Perempuan Menjadi Pengusaha’ yang juga merupakan bagian dari kelompok womenpreneur mengungkapkan fakta dan berbagi pandangan mengenai tantangan dan pengalaman yang hanya dialami oleh pengusaha perempuan.

Berdasar release SBM ITB yang diterima Redaksi Sonora Bandung, Jumat (29/5/2020), tantangan tersebut antara lain:

Baca Juga: Perpusnas RI: Indonesia One Search Meningkat Selama Pandemi Covid-19

1.Keluarga Sebagai Motivasi Berbisnis

Prameshwara Anggahegari di bagian awal buku ‘Womenpreneur: Ketika Perempuan Menjadi Pengusaha’ menuliskan keluarga menjadi salah satu faktor yang mengambil bagian cukup besar dalam terbentuknya keinginan perempuan untuk berbisnis.

Beliau menjelaskan bahwa dirinya sendiri juga mengalami hal serupa setelah menjadi seorang Ibu.

Perempuan yang biasa disapa Wara ini memiliki satu keinginan untuk melihat tumbuh kembang anak nya secara optimal sehingga beliau memutuskan untuk menjadi pengusaha agar memiliki waktu lebih banyak di rumah.

Wara juga membocorkan, di buku yang mereka terbitkan ada banyak kisah pengusaha perempuan yang memilih untuk berbisnis karena faktor keluarga – kondisi kesehatan, ekonomi, empati terhadap orang tua, dan banak kisah inspiraif lainnya.

Baca Juga: Setelah 12 Tahun, Buku Seri 'Twilight' Terbaru 'Midnight Sun' Akan Rilis Agustus 2020

2.Beban Pekerjaan Rumah Tangga yang dominan Dipegang oleh Perempuan

Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi Istri dan Ibu di Indonesia berarti perempuan harus mampu mengemban beban pekerjaan rumah tangga yang cukup menyita waktu.

Karena di Indonesia perempuan masih dianggap sebagai sosok yang bertanggungjawab penuh terhadap pekerjaan rumah tangga.

Waktu yang banyak tersita untuk hal ini pada akhirnya membatasi para Istri dan Ibu mengembangkan dirinya lebih maksimal untuk menciptakan bisnis yang lebih besar.

3. Akses Pemodalan yang “Kurang”

Walaupun pada kenyataannya perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama di bidang pemodalan bisnis, namun berdasarkan pengalaman para womenpreneur yang berada di tingkat UMKM, pemberi modal seperti bank dan perusahaan kredit cenderung membentuk stereotype yang melihat bisnis-bisnis yang dibangun oleh perempuan tidak memiliki prospek untuk berkembang menjadi bisnis besar.

Hal ini dikarenakan banyak stereotype yang menganggap perempuan berbisnis hanya untuk mengisi waktu luang bukan untuk membangun bisnis secara serius.

Namun, dengan berkembangnya womenpreneur di Indonesia, hingga kini semakin banyak program pembiayaan pemerintah khusus perempuan seperti kredit Melati di Bandung yang memberikan kredit 0% untuk perempuan, Bank Gakin di Jember yang memberikan kredit dengan bunga lebih rendah untuk perempuan, dan beberapa program pembiayaan lainnya. 

Baca Juga: Buku Baru Twilight Saga, 'Midnight Sun' Akan Dirilis Bulan Agustus

"Memang menjadi seorang pebisnis pastilah memiliki kesulitan tersendiri, khususnya bagi kaum perempuan untuk itulah buku ini bisa menjadi panduan calon womenpreneur yang akan atau sedang memulai berbisnis tidak lagi merasa buntu dikala mendapatkan tantangan yang sama pun mengenai keterbatasan, sehingga para pengusaha wanita lebih mampu mengembangkan bisnisnya lebih dari sekadar bisnis pengisi waktu," ungkap salah satu penulis buku ini, Wawan Dewanto.

Buku ‘Womenpreneur: Ketika Perempuan Menjadi Pengusaha’ merupakan sebuah buku hasil karya alumni SBM ITB yaitu Isnaini Ruhul, Alpinaliah Rachmijati, Rafiati Kania, Prameshwara Anggahegari, Aang Noviyana Umbara, bersama salah satu Dosen Kewirausahaan SBM ITB Wawan Dewanto, Ph.D.

Buku ini berisikan kisah inspiratif, ilmu, dan kiat-kiat berbisnis bagi perempuan agar womenpreneur bisa menjadi kelompok pengusaha yang jauh lebih berkembang baik dari segi kemampuan maupun bisnis.

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm