Makassar, Sonora.ID - Secara konseptual, E-Magic berfungsi untuk menyerap buangan aerosol, percikan saliva (liur), dan darah dalam lingkup kerja kedokteran gigi.
Alat ini mengaplikasikan metode disinfektasi empat layer, yaitu HEPA 10, HEPA 12, UV-C, dan HEPA 12.
Saat dinyalakan, aerosol yang diproduksi dan berasal dari mulut pasien akan dihisap oleh suction, kemudian masuk melalui houst.
Aerosol ini akan dibawa menuju cleaning room yang akan melewati proses pembersihan bertahap, yaitu pemisahan virus dan bakteri melalui filter HEPA (dua kali), kemudian sterilisasi dengan lampu UV-C.
Baca Juga: Pengibaran Bendera Palu Arit, Pj Wali Kota Makassar: Ketahanan Nasional yang Utama
Pada saat udara dan aerosol keluar dari cleaning room pada dasarnya sudah steril. Namun untuk memastikan kesterilan udara, maka udara yang melewati gerbang keluar disaring lagi dengan filter HEPA.
Dengan proses empat layer ini, maka dapat dipastikan udara yang keluar sudah benar-benar bersih dari virus dan bakteri. Salah satu keunggulan dari E-Magic ini adalah filter HEPA yang digunakan bersifat washable, sehingga tidak perlu membeli atau mengganti filter baru.
Sebelumnya diketahui bahwa, Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui kolaborasi tim Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan Fakultas Teknik (FT) menghasilkan inovasi teknologi kesehatan yang diberi nama E-Magic (Extraoral Mobile Aerosol Guide Channel) versi UH1.
Baca Juga: Unhas Produksi Ventilator Untuk Tangani Pasien Virus Corona
Prototype perangkat ini diperkenalkan oleh tim FKG dan FT Unhas kepada Rektor Unhas dan jajaran pimpinan, Selasa (9/6).
Muh. Ansar selaku ketua tim menjelaskan, pembuatan produk inovasi ini dilandasi kondisi yang dihadapi para tenaga medis, khususnya dokter gigi.
“Keunggulan alat kami adalah biaya pembuatan relatif sangat murah dibandingkan produk sejenis yang umumnya masih kita impor. Selain itu, kemampuan alat ini setara dengan mesin-mesin sejenis. Alat ini sangat dibutuhkan oleh tenaga medis, terutama dalam bidang kesehatan gigi,” kata Ansar.
Baca Juga: Guru Besar Kedokteran Unhas Sebut Plasma Darah Bisa Gantikan Vaksin
Menurut Ansar, dalam situasi pandemi, ancaman keselamatan tenaga medis ketika merawat pasien menjadi lebih besar. Apalagi jika pasien adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang merupakan pembawa virus Covid-19.
“Karena ini prototype, biayanya mencapai hampir 20 juta. Namun untuk produksi selanjutnya, kami perkirakan di bawah 10 juta rupiah. Komponen lokal yang dikandung adalah 60%, sementara 40% komponen masih harus kita datangkan dari luar,” lanjut Ansar.
Ansar menambahkan, prototype E-Magic UH1 telah diuji coba pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unhas dan dapat bekerja sempurna.
Baca Juga: Tim Unhas Serahkan Audit Konstruksi Stadion Andi Matalatta Mattoanging