Selain menyediakan akses internet untuk seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah juga gencar membuka pelatihan-pelatihan kepada pelaku UMKM agar memiliki kemampuan berjualan secara digital.
Hanya saja keberhasilan dari pelaku UMKM untuk menerapkan pelatihan tersebut sangatlah rendah, yakni sebesar 4-10 persen saja.
“Salah satu kendalanya adalah standar dan kapasitas produksi mereka yang masih rendah, sehingga ketika terhubung ke market online jarang ada yang merasa tertarik karena pembeli hanya bisa melihat secara online saja,” ucap dia.
Terlebih beberapa brand besar yang dikenal masyarakat pun menjadi pesaing dari UMKM Indonesia.
Baca Juga: HJKS ke 727, Risma Motivasi Pelaku UMKM Surabaya via Teleconference
Karena terbatasnya modal pembiayaan UMKM, banyak pengusaha lokal yang memproduksi bisnisnya dengan jumlah tertentu saja. Hal ini tentu menjadi kendala bagi UMKM untuk bisa bersaing di market online.
“Karena modal pembiayaan terbatas mereka tidak bisa menyetok barang, sehingga ketika ada permintaan yang besar dan penjual tidak siap maka ia akan kehilangan opportunity bisnis,” jelas Teten.
Padahal, digitalisasi UMKM tidak berhenti pada terhubung dengan market online saja, tetapi juga bagaimana kemampuan para pelaku UMKM dalam mengelola bisnisnya secara online, termasuk menyiapkan kapasitas produksi yang lebih besar.
“Semua pelatihan-pelatihan ini juga akan kami evaluasi bersama. Jadi ini penting untuk bekerja sama dengan teman-teman e-commerce, baik yang dimiliki oleh BUMN ataupun swasta,” tambahnya.
Baca Juga: 'Endorse' Kuliner Bersama UMKM,Beri Donasi Warga Terdampak Covid-19