Digitalisasi Jadi Fokus Utama Pemerintah untuk Selamatkan UMKM

13 Juni 2020 12:45 WIB
Menteri Koperasi & Usaha Kecil Menengah RI, Teten Masduki
Menteri Koperasi & Usaha Kecil Menengah RI, Teten Masduki ( Sonora FM)

Sonora.ID - Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia menimbulkan dampak yang cukup besar pada kondisi UMKM.

Berdasarkan catatan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menyebutkan bahwa hampir sebagian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia akan gulung tikar pada akhir tahun 2020.

Hal ini terungkap dalam Webinar Radio Sonora yang bertajuk 'Strategi UMKM Indonesia Bangkit Pasca-Corona' yang dihadiri oleh Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki, Ketua Komunitas Ikatan UKM Bisnis Indonesia (IKUBI) Jarot Trisunu, VP CSR & SMEPP PT Pertamina Arya Dwi Paramita, dan Senior Editor Kontan Havid Febri, Sabtu (13/06/2020).

Baca Juga: Pertamina Ciptakan Program Kemitraan untuk Pelaku UMKM, Ini Manfaat yang Bisa Didapatkan

Menurut Teten, salah satu cara untuk bisa menyelamatkan UMKM Indonesia adalah dengan berani untuk merambah ke penjualan digital. Namun, saat ini hanya sekitar 13 persen atau 8 juta pelaku UMKM di Indonesia yang sudah terhubung ke ekosistem digital.

Teten menyebut saat ini pemerintah tengah fokus untuk membantu para pengusaha UMKM Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya ke sistem digital.

“Tentu yang pertama adalah infrastruktur internetnya, agar seluruh wilayah di Indonesia sudah bisa terhubung ke internet, yang mana ini adalah basis dari ekosistem digital ini,” kata Teten.

Salah satu langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah adalah proyek infrastruktur telekomunikasi Palapa Ring yang menyalurkan jaringan serat optik ke beberapa desa terpencil agar bisa mendapatkan akses internet.

Baca Juga: Pengamat: Pemerintah Harus Buat Strategi Agar UMKM Terus Berjalan di Tengah Pandemi

Selain menyediakan akses internet untuk seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah juga gencar membuka pelatihan-pelatihan kepada pelaku UMKM agar memiliki kemampuan berjualan secara digital.

Hanya saja keberhasilan dari pelaku UMKM untuk menerapkan pelatihan tersebut sangatlah rendah, yakni sebesar 4-10 persen saja.

“Salah satu kendalanya adalah standar dan kapasitas produksi mereka yang masih rendah, sehingga ketika terhubung ke market online jarang ada yang merasa tertarik karena pembeli hanya bisa melihat secara online saja,” ucap dia.

Terlebih beberapa brand besar yang dikenal masyarakat pun menjadi pesaing dari UMKM Indonesia. 

Baca Juga: HJKS ke 727, Risma Motivasi Pelaku UMKM Surabaya via Teleconference

Karena terbatasnya modal pembiayaan UMKM, banyak pengusaha lokal yang memproduksi bisnisnya dengan jumlah tertentu saja. Hal ini tentu menjadi kendala bagi UMKM untuk bisa bersaing di market online.

“Karena modal pembiayaan terbatas mereka tidak bisa menyetok barang, sehingga ketika ada permintaan yang besar dan penjual tidak siap maka ia akan kehilangan opportunity bisnis,” jelas Teten.

Padahal, digitalisasi UMKM tidak berhenti pada terhubung dengan market online saja, tetapi juga bagaimana kemampuan para pelaku UMKM dalam mengelola bisnisnya secara online, termasuk menyiapkan kapasitas produksi yang lebih besar.

“Semua pelatihan-pelatihan ini juga akan kami evaluasi bersama. Jadi ini penting untuk bekerja sama dengan teman-teman e-commerce, baik yang dimiliki oleh BUMN ataupun swasta,” tambahnya.

Baca Juga: 'Endorse' Kuliner Bersama UMKM,Beri Donasi Warga Terdampak Covid-19

Senada dengan Menteri Koperasi dan UKM, Ketua Komunitas Ikatan UKM Bisnis Indonesia (IKUBI) pun mendukung penuh kebijakan tersebut. 

Menurutnya, pelaku UMKM mau tidak mau harus melakukan program digitalisasi UMKM yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

"Kita harus sudah memasuki masa digital mau tidak mau, suka tidak suka dan ini harus dilakukan. Nah, Jadi mulai saat ini kita harus sudah bisa mengubah mindset kita," ucap Jarot.

Salah satu bentuk digitalisasi juga adanya pembayaran tanpa uang tunai atau cashless. Hal ini menuntut pelaku UMKM untuk bisa menggunakan digital payment.

"Kalau kita tidak mengubah alat kerja kita ke digital, besar kemungkinan kita tidak bisa memasarkan produk itu," tandas dia.

Di sisi lain, Senior Editor KONTAN, Havid Febri mengatakan pandemi Covid-19 telah membawa perubahan perekonomian, salah satunya tren berbelanja dari rumah secara digital.

Baca Juga: Memulai Online Shop Lebih Baik di Marketplace, Media Sosial, atau Website?

Ia menuturkan bahwa hal ini justru menjadi salah satu peluang bagi pelaku UMKM untuk bisa mempertahankan bisnisnya.

"ini adalah peluang bagi UMKM untuk bisa bertahan di masa pandemi ini," kata Havid.

Untuk memanfaatkan masa tersebut, kata Havid, pelaku UMKM harus memiliki terobosan inovasi dan bisa beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.

"Nah disinilah peran pemerintah untuk mendorong sektor UMKM kita masuk ke ekosistem digital," katanya.

Lanjutnya, ia berpendapat bahwa untuk mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 ini kerjasama antara pemerintah dengan marketplace yang sudah ada tidaklah cukup.

Pemerintah perlu menginisiasi lahirnya marketplace yang berasal dari masyarakat bukan berasal dari beberapa unicorn sekrang ini.

"Seperti yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Aceh yang baru-baru ini meluncurkan laman acehsale.co.id sebagai tempat penjualan dari produk UKM lokal di sana," kata Havid.

Contoh marketplace dari rakyat seperti itulah yang seharusnya bisa digalakan di daerah lain.

Sehingga bisa terbuka peluang UMKM untuk dapat recovery lebih cepat di masa pandemi.

"Sembari pemerintah memperkuat pembenahan di sektor e-commerce yang sudah ada agar lebih berpihak ke produk lokal," tuturnya.

Baca Juga: Ahli Sebut Kegiatan Belanja Online Sesudah Covid-19 akan Terus Meningkat

Dalam rangka membantu mengembangkan UMKM Indonesia, PT Pertamina (Persero) ikut membantu melalui Program Kemitraan Pertamina.

Saat ini, Program Kemitraan Pertamina ini baru berlaku bagi tujuh sektor, yakni sektor perdagangan, industri, pertanian, jasa, perikanan, perkebunan, dan peternakan.

Vice President (VP) CSR & SMEPP Pertamina Arya Dwi Paramita mengatakan, Program Kemitraan Pertamina ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar bisa menjadi tangguh dan mandiri, khususnya dalam menghadapi pandemi Covid-19 maupun pasca Covid-19.

Dalam Program Kemitraan ini, Pertamina selaku BUMN energi menawarkan konsep pinjaman modal yang berbeda, yakni menggunakan konsep pinjaman modal dengan dana bergulir.

Tidak berhenti pada penawaran pinjaman modal, dalam Program Kemitraan Pertamina, nantinya para mitra binaan akan mendapatkan program assistance, community development, serta bussines & skill development.

“Pertamina sudah menjalankan program kemitraan ini sejak tahun 1993 dan sudah lebih dari 62.000 pelaku UMKM yang bergabung dan berhasil menjalankan usahanya. Jika dilihat dari hitungan rupiahnya, sejak tahun 1993 kami telah menyalurkan Rp3,5 triliun,” tutup Arya.

Baca Juga: Pertamina Ciptakan Program Kemitraan untuk Pelaku UMKM, Ini Manfaat yang Bisa Didapatkan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm