Sedikit berbeda dengan narasumber yang lain, Vice President of Marketing JNE Eri Palgunadi mengaku, perusahaannya sudah bersiap dengan Covid-19 sejak Desember 2019.
Saat itu, perusahaannya mendapatkan kabar apa yang terjadi dengan logistik di Wuhan akan menyebar.
“Januari kami bersiap. Barang impor mulai melambat dari China. Beberapa bulan kemudian, corona masuk ke Indonesia. Terjadi perubahan kebiasaan di tengah masyarakat. Nah, sekitar Februari-Maret, pengiriman obat dan masker melonjak. Kemudian di April pengiriman frozen food meningkat. Jam sibuk pengiriman pun berubah. Jika dulu pengiriman banyak dilakukan pada Senin-Rabu, kini di weekend," papar Eri.
Baca Juga: Pengamat: Pemerintah Harus Buat Strategi Agar UMKM Terus Berjalan di Tengah Pandemi
“Dulu itu kan masyarakat melihat-lihat barang di weekday, kemudian weekend mengecek di pasar tradisional. Baru melakukan pembayaran. Tapi sekarang berubah, tidak ada pengecekan ke pasar. Untuk pembayaran pun masyarakat kami paksa untuk cashless,” tuturnya.
Selama pandemi, bisnis logistik tentu mendapatkan tantangan. Mulai dari geografis Indonesia, terbatasnya armada, dan beberapa daerah menerapkan lockdown.
Sementara itu, Dekan SBM ITB Prof. Utomo Sarjono Putro mengungkapkan, perusahaan yang bertahan selama pandemi Covid-19 harus segera melakukan penyesuaian dengan cepat dan tepat antara bisnis dan lingkungan. Apalagi saat ini tengah bersiap memasuki era new normal. Fokus utamanya, bagaimana peranan pemimpin perusahaan di era mendatang, mencari solusi bersama dengan stakeholder, inovasi, dan lainnya.
Baca Juga: Pengamat Ekonomi Indonesia: Covid-19 Tampar Daya Beli Masyarakat