Sonora.ID - Covid-19 tidak hanya mempengaruhi perekonomian, tapi juga persoalan keutuhan rumah tangga.
Tercatat di Pengadilan Agama di Kota Semarang periode bulan Maret hingga Mei 2020, terjadi kenaikan drastis terhadap kasus perceraian selama masa pandemi virus corona (Covid-19).
Kenaikan kasus hingga tiga kali lipat itu disinyalir disebabkan oleh masalah ekonomi dalam rumah tangga.
Menurut penuturan panitera Pengadilan Agama Kota Semarang, Saefudin, ada banyak alasan mengapa banyak istri yang minta cerai, karena perselisihan, pertengkaran, perselingkuhan, dan faktor ekonomi.
Baca Juga: Puskesmas Kota Semarang Pastikan Para Orang Tua Agar Tidak Melewatkan Imunisasi Si Kecil
Terlebih kondisi pandemi Covid-19 memang sangat mempengaruhi perekonomian. Perkara yang dilatarbelakangi KDRT juga ada tapi jumlahnya jauh lebih sedikit.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menghindari perceraian akibat isolasi diri selama pandemi virus corona (COVID-19).
Apa yang para pasangan yang sudah menikah bisa lakukan? Yuk, kita simak.
Baca Juga: PKM jilid 4 Kota Semarang, Ada Sedikit Kelonggaran Peraturan
Pahami Semua Orang Butuh Penyesuaian
Di tengah pandemi virus corona hidup keseharian kita telah berubah. Hal ini tentu tidak mudah dan membutuhkan waktu penyesuaian ulang.
Untuk itu, empati diperlukan, begitu juga dengan kesabaran.Tidak hanya kita, semua orang perlu waktu untuk menyesuaikan diri kembali. Jadi harus dipahami.
Susun Kegiatan Baru
Saat semuanya sudah mulai dilakukan dari rumah, saatnya untuk menyusun kegiatan baru selama di rumah.
Rencanakan semuanya dengan baik. Jika tidak, maka besar kemungkinan akan terjadi perselisihan antar pasangan.
Baca Juga: Nekat Gelar Resepsi, Satu Per Satu Keluarga di Semarang Dinyatakan Covid-19
Tetapkan Batasan
Sebagian besar pasangan saat ini terpaksa menempati ruang hidup yang sama, betapapun besar atau kecilnya itu.
Tetapi itu tidak berarti bahwa kita harus selalu berada bersama satu sama lain setiap saat. Untuk bisa menghindari perceraian usai karantina, tetapkan batasan masing-masing.
Tentukan ruang kerja untuk satu sama lain. Berikan diri kita ruang yang dibutuhkan untuk menjadi produktif dan aktif tanpa membuat mereka sesak.
Baca Juga: Resmi Beroperasi, Feeder 4 Trans Semarang Layani Rute Gunungpati
Yang penting, harus memastikan batas-batas itu juga berlaku ketika kita memberi perhatian pada pekerjaan dan kapan saatnya untuk keluarga.
Biarkan pasangan tahu bahwa dia masih menjadi prioritas dengan waktu keluarga tersebut.
Miliki Me Time
Kita semua perlu waktu untuk diri kita sendiri, misalnya selama 20 menit.
Luangkan waktu untuk pergi ke luar, pergi ke ruangan lain atau tutup pintu selama beberapa waktu untuk menyendiri, membuat kalibrasi ulang mental, dan untuk memiliki katup pelepas tekanan untuk semua orang yang terlibat.
Dengan begitu kita akan bisa menghindari perceraian usai karantina.
Baca Juga: Istilah 'Perceraian Corona' Jadi Tren di Jepang Selama Karantina Covid-19
Pertengkaran adalah Normal
Ketidakpastian ada di mana-mana. Tingkat ketegangannya tinggi. Sudah pasti sedikit perselisihan pasti akan terjadi.
Mungkin terdengar agak aneh, tetapi satu hal yang bisa kita semua lakukan adalah membuat beberapa aturan dasar tentang bagaimana perdebatan boleh terjadi.
Hal ini termasuk salah satu cara agar kita bisa menghindari perceraian usai karantina diri.
Sebagai contoh, ketika berselisih, jelaskan sespesifik mungkin ketika mengkritik perilaku mereka, jangan bersikap defensif, mendengarkan pendapat masing-masing. Dengan begini semua bisa terselesaikan.
Baca Juga: Sejumlah ASN yang Terinfeksi Covid-19 di Semarang Dinyatakan Sembuh