"Jalur produksi assembly dilakukan di Politeknik Manufaktur dan Politeknik Bandung, dibantu beberapa SMK dan melibatkan Usaha Menengah dan Kecil UMK. Kontrol kualitas dan kalibrasi tetap dilakukan ITB. Mahasiswa ITB, UPI, Polman, dan Polban terlibat selama proses pengembangan, produksi dan kontrol kualitas," imbuhnya.
Sementara itu, pengembang sisi medis Vent-I, dr. Ike Sri Redjeki mengatakan, Vent-I menggunakan mesin ventilator PEEP (Positive End-Expiratory Pressure) agar mudah dioperasikan. Hal itu diterapkan karena tidak semua dokter dan tenaga medis dapat mengoperasikan ventilator advance.
Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mengoperasikan ventilator advance mendorong Ike dan tim untuk berinovasi.
Baca Juga: Mengenal Obat Deksametason yang Diklaim Bisa Mengurangi Angka Kematian Covid-19
Selain SDM, pembuatan ventilator advance memerlukan waktu panjang. Sedangkan, virus SARS-CoV-2 menyebar dengan cepat.
Maka, pembuatan ventilator dengan mesin PEEP dinilai efektif, tepat guna, dan biaya produksi yang rendah. Ike mengatakan, Vent-I digunakan untuk pasien Covid-19 dengan gejala klinis tahap dua agar mereka tidak gagal napas.
"Maka kami coba membuat ventilator yang dapat dioperasikan oleh perawat, dokter umum, atau dokter spesialis yang lain. Bahkan mesin ini bisa dibawa pulang, dan dipakai oleh pasien di rumah," ucap Ike.
Ventilator portabel Vent-I menjadi salah satu solusi pemenuhan ventilator di Indonesia. Keberadaan Vent-I, kata Ike, dapat menekan tingkat mortalitas atau kematian akibat Covid-19.