Surabaya, Sonora.ID - Executive Vice President (EVP) Telkom Regional 5 Jatim Bali Nusra, Pontjo Suharwono dan OSM Consumer Marketing, Hendro Setyo Budi melakukan kunjugan ke Kompas Gramedia (KG) Group of Radio (Sonora & Smart) di Jalan Darmo Permai Utara 74-80 Surabaya, Rabu (08/07/2020).
Selain sebagai perkenalan, kunjungan ini juga sebagai rangkaian memperingati momen
HUT PT Telkom ke-55 Tahun saat ini yang diperingati tiap 6 Juni. Tahun 2020 ini mengangkat tema "Telkom Selalu Ada Untuk Indonesia" sebagai tagline.
EVP Telkom Regional 5 Jatim Bali Nusra, Pontjo Suharwono juga turut berbagi wawasan (insight) tentang kiprah, transformasi dan potensi Telkom hingga usia setengah abad lebih ini.
"Kenapa mengusung tema Telkom Selalu Ada Untuk Indonesia, karena hampir semua negara, telekomunikasi mayoritas sudah banyak dimiliki oleh pihak asing. Hanya PT Telkom mayoritas masih dimiliki oleh pemerintah Indonesia," kata Pontjo.
Baca Juga: Sidak Tegas yang Tak Bermasker, Risma Blusukan ke Kawasan Tandes Surabaya
"Meskipun Telkom sudah go public, sebelum Covid itu 51 persen. Sekarang sudah 54 persen. Ternyata dengan Covid-19 ini banyak juga investor dari luar yang kemudian melepas sahamnya dan kembali kemudian di beli dan sebagian di buy back oleh telkom," imbuhnya.
Menurutnya, ini juga menjadi pertanda bahwa Telkom mencoba untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan dan bisa tetap exis untuk membantu dan mendorong pertumbuhan dan perekonomian indonesia.
Ia menyampaikan, terlebih pada konsdisi new normal dengan segala aktivitas yang menyertainya.
Hal ini berarti Telkom harus juga menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
"Kenapa pergerakan ekonomi ini perlu kita dorong, karena merekalah yang akan menjadi motor penggerak ekonomi secara nasional. Nah kalau kita berusaha untuk menghidupkan mereka kembali, Telkom bisa hadir dengan segala teknologi dan inovasi yang dimiliki. Itu akan membangkitkan semangat bersama. Pada gilirannya akan mendorong masyarakat untuk bisa kembali beraktifitas secara normal dengan tetap berdampingan dengan Covid-19," ujar Pontjo.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Klarifikasi Soal Aduan Penyimpangan dari Laman JAGA Bansos KPK
Lebih lanjut dikatakan, bahwa 55 tahun bukan perjalanan singkat yang dialami. Tapi perjalanan yang cukup panjang.
"Mungkin masih ada tiang yang dibuat menggunakan porselen diujungnya. Bentuknya masih tembaga tebal. Kalau mau terhubung harus diengkol, mungkin memasuki tahun 90-an masih kita temui," kenangnya.
"Kemudian mulai meluncurkan satelit Palapa. Menjadi inovasi yang luar biasa dan merubah sejarah. Kita adalah negara ketiga didunia yang sudah atau mampu meluncurkan satelit sendiri. Mengorbit untuk kepentingan negara atau masyarakat Indonesia. Surabaya dan Jawa Timur ini pergeserannya luar biasa (dalam hal teknologi dan inovasi), dulu untuk membangun dari satu tempat ke tempat lain butuh investasi yang luar biasa," urai Pontjo.
Diceritakan bahwa sebelumnya Telkom telah mulai memunculkan teknologi Code-division multiple access atau CDMA.
"Dulu nggak ada yang kepikiran tuh, CDMA bisa dikonekkan ke telkom dan kemudian bisa dinikmati. Awal mulanya di Jawa Timur dan kemudian dikembangkan ke seluruh nasional, namanya kemudian jadi Fleksi. Telkom net instan dari Surabaya atau Jatim menjadi cikal bakal produk yang luar biasa lalu dikembangkan menjadi produk nasional. Karena dulu untuk menjadi satu member untuk akses internet butuh koneksi. Dan mayoritas hanya ada di Jakarta dan Bandung. Yang rumahnya di Jember, Surabaya susah untuk punya akses internet. Berlangganan internet saat itu masih mahal," kenangnya.
Baca Juga: Razia Pasar Tradisional Surabaya, 80 Persen Warga Pakai Masker
"Bergerak terus melalui pengembangan inovasi sampai kita melakukan split tahun 1995. Melalui proyek di Batam dengan nama Telkom Seluler, dulu sebelum ada brand name Telkomsel, tapi proyek untuk Telkom Mobile. Lalu pertama pula kita meluncukan pre-paid dengan nama Simpati hingga menyebar. Kemudian muncul layanan Groovia (2011) untuk layanan triple play sebagai cikal bakal Indie Home," ujar Pontjo.
"Kemudian menjadi merek brand name berikutnya Indie Home dengan teknologi satu kabel tembaga. Tapi karena kebutuhan dan dorongan masyarakat, dulu kecepatan telkomnet instant hanya mungkin 32-64 kbps. Kebutuhan bandwith bertambah menjadi mega, tembaga juga pada awalnya dua mega menjadi 10 mega dan meningkat 300 mega. Meningkat menjadi satu giga untuk layanan Indie Home, hingga merdeka dengan kembali dibukanya NetFlix. Traffic yang luar biasa dalam satu malam dari 0,3 tera naik sampai 4 tera," ungkapnya.
Baca Juga: Hasil Rapid Test Reaktif, Peserta UTBK Langsung Lakukan Swab
Dikatakan, bahwa transformasi bagi Telkom bukan menjadi hal tabu untuk 'membunuh' layanan yang dimiliki.
"Seperti Telegram Indah. Pada perkembaganya kurang diminati masyarakat dan dibunuh. Termasuk telex (kliring antar bank) dan paling fenomenal berani 'membunuh' Flexi dengan pelanggan dan revenue yang sudah besar. Terpaksa kita bunuh, kenapa, karena adik kita butuh frekwensi yang lebih besar, yakni Telkomsel. Kita relakan Fleksi untuk mati agar bisa menambah kapasitas frekwensi Telkomsel," cerita Pontjo.
"Bagaimana membangun 55 tahun kedua, ada bocoran jika tidak ada aral melintang, pada akhir tahun 2020 akan meluncur 5G. Akan ada 5G pertama di Indonesia. Kita juga akan mengembangkan untuk satelit, karena penetrasi kita ke pedesaan masih cukup rendah. Di Jatim baru 75 persen desa yang telah dijangkau. Membangun fiber optik juga bukan hal yang murah. Maka kemudian kita kembangkan satelit yang high speed yang bisa dinikmati hingga 10 mega," katanya.
Dibagian akhir, ia juga berbagi insight tentang budaya kerja positif yang disebut IFA atau Imaging, Focus dan Action.
Baca Juga: Bagikan Masker ke Pemukiman, Risma Naik Motor dan Jalan Kaki
"Bedanya pemimpin dan pemimpi itu di akhir. Pemimpi tidak pernah punya ujung. Tapi kalo pemimpin itu ada "N" (End) dibelakang. IFA menjadi kata kuncinya. Sebutannya tidak lagi mimpi di tataran plan, tapi imaging atau detail mengerjakan apa. Setelah itu fokus, mana yang harus dikerjakan, pelayanan, bagaimana melakukan penetrasi dan terakhir Action. Orang bule ngomong eksekusi, kalau Pak Jokowi, 'kerja kerja kerja'. Kalau sudah punya rencana, mau mengerjakan apa dan fokus dimana harus dikerjakan dan itu menjadi budaya kita," sharing Pontjo.
"Harapannya semoga Telkom tetap jaya. Tetap berinovasi,adaptif dengan kondisi sekarang. Sehat, bahagia dan berinteraksi satu sama lain," imbuhnya.
"Kustomer itu yang membesarkan Telkom. Ibarat Telkom ini pohon, tapi pupuk atau makanan itu ada di kustomer. Pohon membesar bukan karena tanahnya tapi karena makanan yang ada disana, yang bisa besar dan menghidupkan. Tanpa kustomer, pohon ini akan mati," pungkasnya.