Tidak menyerah sampai disitu Arista kemudian mengikuti jalur zonali pada tanggal 26 Juni.
Pada kesempatan kedua, Arista mendaftar di 3 SMA berbeda, yaitu SMA 36,59, dan 53. Namun sayangnya pada kesempatan tersebut Arista juga gagal masuk.
Sementara di kesempatan lain Disdik Jakarta mengungkapkan tidak diterimanya Arista di Jalur kedua karena nilai gadis tersebut tidak memadahi.
"Kemudian memang ikut juga jalur prestasi akademis yang menggunakan nilai rapor. Nilai Arista ini 7.763 daftar di SMA 12 dan 21, sementara di SMA 12 itu nilai paling rendahnya 8.265 dan SMA 21 paling rendahnya 8.486," kata dia.
Baca Juga: Jadi yang Pertama di Asia Tenggara, Thailand Berpotensi Legalkan Pasangan Sejenis Tinggal Bersama
Selanjutnya Arista juga mencoba jalur prestasi non-akademis. Meski dia memiliki prestasi yang sangat banyak, Syaefuloh mengklaim bahwa Arista tak diterima lantaran prestasi tertinggi dalam bidang seni rupa adalah kejuaraan tingkat kotamadya.
Sementara itu, ketentuan Disdik DKI untuk jalur prestasi non-akademik adalah untuk tingkat SMA haruslah pernah mendapatkan juara tingkat provinsi, nasional, dan internasional.
"Sehingga, yang bersangkutan tidak dapat. Memang prestasinya banyak, juaranya banyak, sertifikatnya banyak, hanya yang tertingginya baru tingkat wali kota. Sementara yang lain-lain itu yang lain para pesaingnya adalah tingkat nasional, tingkat internasional, sama tingkat DKI," ujar dia.
Padahal menurut Arista dirinya pernah mendapatkan juara di tingkat Nasional.
Adapun kejuaraan yang dirinya pernah dapatkan adalah Juara III Lomba Cipta Seni Pelajar tingkat nasional dan Juara I Festival Lomba Kementerian Perhubungan.
Baca Juga: Ditemukan Tak Pakai Masker, Pj Walikota Makassar Minta Dihukum Bersihkan Jalan