Dia kemudian mendirikan sejumlah perusahaan dan organisasi nirlaba yang dimaksudkan untuk mempromosikan kewirausahaan di kerajaan.
Pada 2009, ia menjadi penasihat formal untuk ayahnya, yang saat itu menjadi gubernur Riyadh. Ketika Salman menjadi putra mahkota pada 2012, sebagai putranya yang tepercaya, MBS, ikut bersamanya.
Pada awal tahun 2015, Raja Arab Saudi Abdullah meninggal dunia sehingga Salman naik tahta menjadi raja.
Dia segera menunjuk MBS sebagai Menteri Pertahanan. Dalam hitungan bulan menjabat, MBS melancarkan intervensi militer yang agresif dalam perang saudara Yaman.
Baca Juga: Telepon Raja Salman, Jokowi Tanya Kepastian Ibadah Haji 2020, Begini Jawabannya
Dikenal sebagai Operation Decisive Storm, kampanye ini dimaksudkan untuk memberikan keunggulan bagi pemerintahan Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi terhadap pemberontakan Syiah Houthi di utara negara itu.
MBS juga ditugaskan di perusahaan minyak negara Saudi, yakni Aramco dan Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan, badan pembuat kebijakan utama negara untuk pembangunan ekonomi.
Dia berusaha untuk membuat Aramco melantai di bursa saham dengan penawaran umum perdana (IPO) dan memulai inisiatif pengembangan negara yang berani.
Salah satunya adalah Saudi Vision 2030 yang dirancang untuk menarik investasi asing untuk industri di luar sektor energi.
Baca Juga: Di Arab Saudi, Jika Tak Beri Tahu Kondisi Kesehatan dan Riwayat Perjalanan, Bisa Denda Rp 1,9 M!