Menurut Sri Mulyani, angka-angka tersebut memperlihatkan bahwa aktivitas ekonomi global terus menunjukan perbaikan meskipun masih di level kontraksi.
“Namun kalau kita lihat pada Bulan Juni memang ada tanda-tanda pembalikan. Ini tentu seiring dengan berbagai negara yang sudah mulai melakukan pemulihan aktivitas sosial ekonominya. PMI di seluruh dunia juga mengalami perbaikan. Beberapa daerah bahkan sudah di atas 50, berarti telah terjadi pemulihan, Amerika, Tiongkok, Malaysia. Indonesia masih berada dibawah 50. Namun itu kalau dilihat dari shapenya atau bentuknya itu sudah terjadi apa yang disebut dengan turn around, mulai pada Bulan Mei dan akselerasinya terjadi pada Bulan Juni,” jelasnya.
Baca Juga: BEI Injak 28 Tahun, Menyambut Bursa yang Baru: Kuat dan Berkelanjutan
Selain itu, pemulihan ekonomi juga terlihat dari harga komoditas yang mulai membaik dan tingkat resiko yang mulai menurun.
Dalam paparannya, Sri Mulyani menjelaskan, pemangkasan produksi minyak serta dibukanya aktIvitas ekonomi di berbagai negara mendorong harga minyak mentah menjadi stabil.
Kembalinya aktivitas ekonomi di beberapa negara juga menyebabkan harga komoditas industri mengalami pemulihan.
Sementara di indonesia sendiri, aktivitas ekspor dan impor telah menunjukan tren membaik dengan potensi ekspor ke China yang mulai tumbuh, cadangan devisa meningkat, yang salah satunya didukung penerbitan surat berharga negara dalam bentuk valuta asing.
Baca Juga: Bandingkan Utang RI Vs Malaysia, Manakah yang Lebih Banyak?