Sonora.ID - Seperti yang kita ketahui bersama, akibat dari pandemi Covid-19, perekonomian global mengalami tekanan yang sangat dalam.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan bahwa secara umum pada quartal dua ini memang pertumbuhan ekonomi akan masuk dalam zona negatif.
Namun, pada Bulan Juni 2020, sudah mulai terjadi adanya arah pembalikan ekonomi ke arah yang lebih positif atau sudah mulai membaik.
Hal tersebut terlihat dalam Purchasing Managers Index atau PMI manufaktur.
Baca Juga: Utang RI Jebol Rp 5.868 Triliun, Sri Mulyani: Jangan Pakai Benci dan Bahasa Kasar
Pada Bulan Juni, PMI global mencapai level 47,8 angka tersebut di atas PMI Bulan Mei yang berada di level 42,4.
Sri Mulyani juga mengatakan, PMI di beberapa negara mencapai level di atas 50, seperti Amerika Serikat yang berada di level 52, Tiongkok dan Malaysia di level 51.
Sementara Indonesia sendiri, masih berada di level kontraksi yakni 39, namun, jika dilihat dari trend per bulannya, sudah mengalami perbaikan.
Baca Juga: Menteri Keuangan Sri Mulyani Mengatakan Defisit APBN Semester 1 Tahun 2020 Naik Signifikan
Menurut Sri Mulyani, angka-angka tersebut memperlihatkan bahwa aktivitas ekonomi global terus menunjukan perbaikan meskipun masih di level kontraksi.
“Namun kalau kita lihat pada Bulan Juni memang ada tanda-tanda pembalikan. Ini tentu seiring dengan berbagai negara yang sudah mulai melakukan pemulihan aktivitas sosial ekonominya. PMI di seluruh dunia juga mengalami perbaikan. Beberapa daerah bahkan sudah di atas 50, berarti telah terjadi pemulihan, Amerika, Tiongkok, Malaysia. Indonesia masih berada dibawah 50. Namun itu kalau dilihat dari shapenya atau bentuknya itu sudah terjadi apa yang disebut dengan turn around, mulai pada Bulan Mei dan akselerasinya terjadi pada Bulan Juni,” jelasnya.
Baca Juga: BEI Injak 28 Tahun, Menyambut Bursa yang Baru: Kuat dan Berkelanjutan
Selain itu, pemulihan ekonomi juga terlihat dari harga komoditas yang mulai membaik dan tingkat resiko yang mulai menurun.
Dalam paparannya, Sri Mulyani menjelaskan, pemangkasan produksi minyak serta dibukanya aktIvitas ekonomi di berbagai negara mendorong harga minyak mentah menjadi stabil.
Kembalinya aktivitas ekonomi di beberapa negara juga menyebabkan harga komoditas industri mengalami pemulihan.
Sementara di indonesia sendiri, aktivitas ekspor dan impor telah menunjukan tren membaik dengan potensi ekspor ke China yang mulai tumbuh, cadangan devisa meningkat, yang salah satunya didukung penerbitan surat berharga negara dalam bentuk valuta asing.
Baca Juga: Bandingkan Utang RI Vs Malaysia, Manakah yang Lebih Banyak?