Yogyakarta, Sonora.ID - DIY pada Juli 2020 mencatatkan deflasi 0,08% (mtm). Dengan realisasi tersebut, laju inflasi DIY secara akumulatif sampai dengan Juli 2020 tercatat 0,72% (ytd) atau secara tahunan 1,83% (yoy). Realisasi inflasi tersebut masih berada di bawah sasaran yang ditetapkan, yakni 3,0%±1% (yoy). Deflasi pada bulan Juli 2020 ini mencerminkan tingkat permintaan yang masih rendah di tengah pandemi COVID-19.
Capaian inflasi DIY pada Juli 2020 terutama disebabkan oleh deflasi kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) maupun kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices). Sementara inflasi inti (core inflation) mengalami inflasi yang rendah.
Dari sisi volatile food, deflasi disebabkan oleh melimpahnya pasokan bawang merah seiring dengan memasuki masa panen raya. Deflasi bawang merah ini mengakhiri lonjakan bawang merah dalam 4 bulan terakhir, yang sempat mengalami kenaikan harga hingga 62%.
Baca Juga: Masyarakat dan Polri Turut Berperan Cegah Penyebaran Virus Corona di DIY
Sementara itu komoditas bawang putih kembali mengalami deflasi dalam 5 bulan berturut-turut. Berdasarkan data PIHPS, rata-rata harga bawang putih di DIY mencapai Rp21.850/kg atau telah turun 57% dari 5 bulan yang lalu. Upaya pemerintah untuk merelaksasi impor bawang putih melalui Peraturan Menteri Perdagangan No 27 Tahun 2020 tentang Relaksasi Impor telah mempercepat realisasi impor bawang putih, sehingga pasokan bawang putih di dalam negeri tercukupi.
Sementara itu, pada kelompok administered prices kembali mengalami deflasi akibat penurunan harga tiket angkutan udara. Pasca dibukanya kembali bandara di DIY, permintaan terhadap angkutan udara masih sangat rendah.
Akibatnya maskapai terus melakukan pemotongan harga untuk meningkatkan tingkat okupansi. Namun demikian, naiknya tarif parkir untuk kawasan satu atau kawasan premium menahan laju deflasi pada kelompok administered prices lebih dalam.
Kenaikan tarif parkir ini sebagai dampak dari upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah pasca refocusing anggaran APBD, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Perda Nomor 1 Tahun 2020 dan Perda Nomor 2 Tahun 2020. Kawasan premium ini adalah kawasan yang disediakan untuk melayani dan menunjang kegiatan wisata serta kegiatan perdagangan dengan intensitas ekonomi tinggi.
Dari sisi inflasi kelompok inti, peningkatan inflasi ditopang oleh peningkatan harga emas perhiasan dan sepeda. Di tengah pandemi COVID-19 yang masih belum mereda, tekanan dari isu geopolitik kembali meningkat. Hal ini menyebabkan gejolak ekonomi global kembali meningkat. Akibatnya harga emas global kembali meningkat sepanjang Juli 2020.
Sementara itu, bersepeda rupanya sedang menjadi tren dan membentuk gaya hidup baru masyarakat di tengah pandemi COVID-19. Akibatnya permintaan terhadap sepeda meningkat drastis. Namun mayoritas produsen sepeda tidak mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut, sehingga pabrik kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Dampaknya harga sepeda maupun spare part di pasar cenderung melonjak.
Baca Juga: Lacak Persebaran Covid-19, Polda DIY Gelar Rapid Test Gratis Di Sejumlah Area
Pada Triwulan III 2020, terdapat beberapa indikasi tingkat konsumsi yang mulai meningkat. Hal ini tercermin dari mulai naiknya Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Juli 2020, yaitu tercatat sebesar 99,3 poin atau tumbuh 2,47% (mtm).
Mulai pulihnya optimisme konsumen sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di tengah masa adaptasi kebiasaan baru. Selain itu, berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan bahwa konsumsi barang-barang lifestyle dan olahraga terus meningkat.
Melihat perkembangan inflasi terkini, Bank Indonesia memperkirakan inflasi DIY 2020 akan berada pada batas bawah titik tengah sasaran. Untuk menjaga stabilitas harga pada sasaran yang ditetapkan, Bank Indonesia bersama dengan anggota TPID DIY akan meningkatkan sinergi dan koordinasi dalam memantau perkembangan harga, menjaga kecukupan stok pangan, serta mengupayakan kelancaran distribusinya.