Sektor ini menjadi sektor yang satu-satunya berhasil tumbuh positif dan meningkat di tengah pandemi.
"Sekali lagi perekonomian Indonesia pada triwulan ke 2 tahun 2020 secara yoy dibandingkan dengan triwulan ke 2 tahun 2019, mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen. Kalau dibandingkan dengan triwulan 1 thn 2020, QtoQ maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua ini juga mengalami kontraksi minus 4,19 persen. Sementara kumulatifnya semester 1 2020 terhadap semester 1 2019, mengalami kontraksi 1,26 persen," ucapnya.
Baca Juga: Sulsel Alami Deflasi 0,40 Persen Pada Juli 2020, BPS Sulsel Paparkan ini Penyebabnya
Lebih lanjut, Suhariyanto menjelaskan, lapangan usaha yang mengalami tekanan paling dalam pada Kuartal II tahun 2020 ini adalah sektor transportasi dan pergudangan yakni sebesar 30,84 peser year on year (yoy).
Kemudian, dari sisi pengeluaran, seluruh komponen pengerluaran mengalami kontraksi atau tekanan.
Konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 5,51 persen, konsumsi LNPRT minus 7,76 persen, konsumsi pemerintah minus 6,90 persen, investasi minus 8,61 persen, ekspor minus 11,66 persen dan impor minus 16,96 persen.
Baca Juga: Kunjungan Turis Asing via Bandara Soetta Naik 130 Persen per Juni 2020