Sonora.ID - Sebuah peraturan yang aneh dan cenderung merendahkan perempuan pernah diterapkan di negara India.
Peraturan yang dimaksud adalah melakukan pajak payudara kepada tiap wanita yang kurang mampu di India.
Para wanita akan dibebani dengan pajak payudara, bergantung pada besar kecilnya payudara itu sendiri.
Praktik pajak payudara ini berlaku di India pada tahun 1800-an, sampai pada akhirnya masyarakat murka dan menuntut pemerintah untuk menghilangkan peraturan tersebut.
Baca Juga: Ditolak Berhubungan Badan oleh Istri, Ayah Kandung Aniaya Bayi 40 Hari Hingga Meninggal
Perempuan dari kelas bawah tidak akan diizinkan untuk menutupi payudara mereka dan bila ngotot memakai penutup dada, mereka akan dikenakan pajak yang tinggi.
Pejabat kerajaan raja akan pergi dari rumah ke rumah, mengumpulkan pajak payudara dari perempuan kelas bawah dan masa puber.
Jumlah pajak akan tergantung pada ukuran payudara, semakin besar payudara, semakin tinggi pajaknya.
Baca Juga: Mulai Hari Ini, Kendaraan yang Akan Menyeberang ke Bali Wajib Pesan Tiket Lima Jam Sebelum
Pemungut pajak memeriksa dengan menyentuh dadanya dengan tangan kosong dan mengukur ukurannya dengan sarung tangan.
Namun, peraturan ini tidak akan berlaku untuk para perempuan yang terlahir dari kalangan atas.
Para wanita kalangan atas diberikan kebebasan pajak payudara dan diperbolehkan mengenakan pakaian untuk menutupi payudaranya.
Pajak payudara menyebabkan ketidakpuasan dalam masyarakat India hingga mencapai puncaknya pada tahun 1859, ketika dua perempuan kelas rendah ditelanjangi oleh pejabat Travancore karena mengenakan pakaian mereka.
Setelah itu, kedua perempuan itu digantung di pohon di depan semua orang sebagai peringatan, sebagai pelajaran bagi yang lain untuk berani melawan aturan.
Baca Juga: Wacana Ganjil Genap 24 Jam, Begini langkah Dishub DKI Jakarta
Seorang perempuan pemberani bernama Nangeli membuat keputusan untuk mengakhiri ketidakadilan ini, untuk selamanya.
Nangeli dari kelas Ezhava di Kerala termasuk korban pajak yang mengerikan ini.
Oleh karena itu, ketika seorang petugas datang ke rumah Nangeli untuk mengambil uang, alih-alih memberikan uang kepada mereka, ia memotong dadanya sendiri dengan sabit, meletakkannya di atas daun pisang dan menyerahkannya kepada pemungut pajak.
Baca Juga: Rekening Penerima BLT Rp 600 Ribu Didaftarkan HRD ke BPJS Ketenagakerjaan
Karena dia kehilangan begitu banyak darah, Nangeli meninggal dunia hari itu juga. Suaminya sangat putus asa sehingga dia juga mengikuti istrinya di pemakaman.
Kematian Nangeli memicu pemberontakan populer yang menyebabkan protes besar-besaran di kerajaan Travancore melawan raja.
Pemberontakan tersebut membuat raja takut, ditambah dengan tekanan dari Gubernur Madras, memaksa raja untuk memberdayakan semua wanita untuk berpakaian pada tahun 1924.
Tindakan keberanian Nangeli telah menerima hasil yang layak.
Kediamannya kemudian dinamai "Mulachiparambu", yang berarti Negeri Perempuan Berpayudara, untuk memperingati pengorbanan besar ini.
Baca Juga: Rekening Penerima BLT Rp 600 Ribu Didaftarkan HRD ke BPJS Ketenagakerjaan