Perempuan berkerudung coklat itu pun kembali melangkah pelan. Kini menuju sebuah kios kecil. Tempat semula dia duduk. Berteduh dari teriknya matahari.
Tanpa mengenal hari libur. Profesi sebagai tukang parkir ini sudah dilakoninya selama dua tahun terakhir.
Sedari jam 7 pagi hingga jam 4 sore, puluhan ribu rupiah dikantonginya dalam sehari. Namun penghasilan itu, tidak murni dari hasil jaga parkir saja.
Selain berprofesi sebagai tukang parkir, ibu satu anak ini juga berjualan bensin. Dari satu liter bensin eceran yang dijualnya, dia mendapat untung Rp 500.
Kediaman Yuliati berada tidak jauh dari area parkir yang dijaganya. Jaraknya hanya sekitar 15 meter, tepat di belakang sebuah ruko. Diapit oleh sejumlah bangunan beton.
Baca Juga: Terakhir di Tahun 1970, Kalsel Kembali Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional
Kediaman yang diwariskan orang tuanya sejak 50 tahun itu tampak tidak terurus. Atapnya bocor, lantai maupun dinding kayunya tampak compang-camping.
Di kediamannya itu Yuliati tidak tinggal sendirian. Ada sang kakak, Norhayati, 72 tahun.
Sudah tiga bulan sang kakak terbaring lemah di atas kasur. Setengah badannya dihantam stroke.
Maka segala apapun yang dibutuhkan oleh sang kakak, Yuliati lah yang memenuhinya.
Baca Juga: Disbudpar Banjarmasin Klaim Sudah Berikan SP 1 bagi Pub yang Diubah Jadi Diskotek
Termasuk ketika siang itu, sang kakak meminta Yuliati untuk membuatkan segelas teh hangat manis.