Sembari Yuliati membuatkan teh, Norhayati, dengan suaranya yang parau dan lemah meminta bantuan.
Menggantungkan harapan kepada pembaca. Semoga ada yang bersedia membawanya ke sebuah rumah sakit.
"Selama ini yang merawat saya hanya Yuliati. Kasihan dia. Dia juga sudah tua," ucapnya lirih.
Sebelumnya, Yuliati sudah beberapa kali membawa sang kakak ke rumah sakit untuk berobat. Namun, karena keterbatasan biaya membuatnya harus merawat sang kakak di rumah.
Baca Juga: Tekan Perkembangan Covid-19, Sekretariat DPRD Kalsel Lakukan Uji Swab Masif
"Meski rumah ini warisan orang tua saya, tapi tanahnya ini sewa. Per bulan Rp 300 ribu. Kalau ditotal dengan membayar listrik dan ledeng, saya memerlukan dana Rp500 ribu per bulan," ungkap Yuliati.
Uang dari hasil menjaga parkir dan untung dari berjualan bensin eceran itulah, yang setiap harinya disisihkan untuk ditabung. Kemudian digunakan untuk membayar sewa.
"Mudah bila ingin mendapatkan tempat yang layak dengan sewa Rp 500 ribu per bulan. Tapi, siapa yang nantinya menjaga kakak. Kalau di sini, saya bisa sambil memantau kesehatan kakak," tambahnya.
Di kediamannya, Yuliati selalu menyimpan roti. Dia menuturkan, sang kakak suka mengonsumsi roti apabila malam hari.
Baca Juga: Lelang Jabatan Diwarnai Isu Joki, Inspektorat Banjarmasin Turun Tangan
Agar sang kakak bisa lebih bertenaga, Yuliati juga kerap membuatkan susu. Dia juga menyimpan obat oles, untuk sang kakak.
"Dioleskan ke badan kakak, bila dia merasa sakit," ucapnya.
Lantas, apakah Yuliati juga tidak punya keluhan?
Tentu ada. Dia mengaku diserang asam urat. Hal itu pula yang membuatnya membutuhkan tongkat untuk berjalan.
Namun, jangan dikira Ia mengeluh. Dia justru tampak terlihat bersemangat dan ceria. Baginya, mengeluh justru membuat seseorang gampang patah semangat. Hingga dirundung berbagai macam penyakit.
"Apapun atau berapapun rezeki yang diterima. Syukuri. Insyaallah dicukupi dan berkah," pesannya.
Suka duka pun dilakoninya sebagai tukang parkir. Pernah suatu ketika, salah seorang pengendara dengan gampangnya meninggalkan kawasan parkir yang dijaganya. Tanpa membayar uang parkir.
Baca Juga: Uji Swab Besar-Besaran di Banjarmasin Dimulai, Suspek dan Probable Jadi Prioritas
Padahal saat itu, Yuliati memerlukan uang tambahan untuk membelikan obat sang kakak. Mengalami kejadian itu, dirinya mengaku hanya bisa mengelus dada.
"Tapi yang namanya rezeki memang tidak pernah tertukar. Keesokan harinya, saya diberi uang berlebih dari seseorang yang memarkirkan mobilnya," tuturnya.
Melihat kegetiran Yuliati, tentu muncul pertanyaan. Kemana keluarga Yuliati dan sang kakak, Norhayati? Keduanya mengaku ditinggal wafat sang suami dan masing-masing hanya memiliki seorang anak.
Keduanya pun juga bersepakat tidak ingin merepotkan sang anak yang kini sudah berkeluarga.
"Anak kami pun pun berkesusahan. Kami tidak ingin menambah beban mereka," tuntasnya.
Baca Juga: Masih Pandemi, Hari Jadi ke-70 Provinsi Kalsel Digelar Sederhana