Meskipun pada awalnya masker-masker kain hanya diproduksi untuk kalangan sendiri, yang dibagikan kepada masyarakat sekitar, jurnalis, dan para tamu yang berkunjung ke showroom.
“Awalnya kita tidak menjual, sampai sekarang pun bukan menjual sebenarnya, tapi kami bagikan gratis,” jelas pria yang pernah menjadi guru di salah satu SMK swasta di Banjarmasin.
Orderan masuk setelah ada instansi pemerintahan yang meminta dibuatkan masker dalam jumlah besar, untuk dibagikan lagi kepada masyarakat oleh pihak tersebut.
Pihaknya menurut Aripin tidak menjual masker per potong atau secara komersial, namun hanya meminta penggantian biaya pembelian kain dan jasa jahit.
Keuntungannya tentu saja dibagikan kepada para pengrajin secara proporsional dan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Peningkatan omzet yang berdampak pada peningkatan pendapatan selama pandemi, diakui Nana, salah satu kader binaan Aripin yang juga menjadi koordinator penjahit.
Dengan bahasa isyarat yang dibantu diterjemahkan oleh Aripin, Nana membenarkan pendapatannya meningkat beberapa waktu terakhir.
Ibu tiga anak ini mengaku bersyukur jika selama hal tersebut sangat membantu meningkatkan perekonomian keluarga, terutama untuk biaya pendidikan anak-anaknya.
“Alhamdulillah permintaan meningkat dan rezeki bertambah,” tuturnya seperti yang diterjemahkan oleh Aripin.
Nana yang merupakan penyandang disabilitas rungu atau tuli, mengakui ada hikmah di balik pandemi yang terjadi beberapa bulan terakhir.
Apalagi ada pekerjaan yang terus mengalir, yang dapat digunakan sebagai tambahan penghasilan bagi keluarganya.
Baca Juga: Gelar Talkshow Virtual, Dispersip Kalsel Kreatif di Tengah Pandemi