Ahmad mengatakan, salah satu yang membuatnya yakin untuk maju adalah dukungan dari kelompok basis gereja (KBG). Sekitar 7 kelompok doa di Dusun Purang Mese, Compang Ndejing, kompak dan komitmen mengusulkan dirinya maju sebagai calon kepala desa.
"Saya jadi termotivasi untuk maju. Saya pun meminta kepada panitia untuk meminta persyaratan. Setelah itu saya lengkapi berkas dan daftar," kata Ahmad.
Ahmad menuturkan, dalam perjalanan sebelum pemilihan, isu SARA dan agama begitu terasa di lingkungan masyarakat.
Tetapi berkat komunitas doa dan pastor paroki, isu negatif itu mampu dipatahkan. Pastor selalu menyampaikan bahwa agama bukan menjadi sebuah hambatan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin.
Baca Juga: ASN DKI Jakarta Kini Sudah Boleh Mudik Dengan Menerapkan Protokol Kesehatan
Ahmad mengatakan, para pastor menjelaskan kepada umatnya bahwa pemimpin itu dinilai dari karakternya, bukan latar belakang agamanya.
Sikap para pastor itu membuat Ahmad terus semangat dan optimistis memenangkan pemilihan.
Toleransi yang tinggi dari warga Dusun Purang Mese, Compang Ndejing mengalahkan isu SARA yang biasanya gencar berkembang.
Ia mengalahkan 3 kompetitirnya yang merupakan warga Katolik.
"Jika dilihat jumlah penduduk, secara logika memang saya tidak terpilih sebagai kepala desa. Saya unggul 82 suara dari 3 orang calon," tutur Ahmad.
Baca Juga: ASN DKI Jakarta Kini Sudah Boleh Mudik Dengan Menerapkan Protokol Kesehatan