Hilmar menerangkan jika persilangan budaya nampak jelas dalam bentuk tata kota, bangunan secara fisik maupun atraksi budaya.
Kota Semarang Lama sendiri telah menjadi bagian dari perjalanan sejarah nusantara, dan juga menjadi bagian dari jalur rempah.
Sementara itu, Ketua Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BPK2L), Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan jika perjuangan dalam membenahi Kota Lama sejak tahun 2017 terbilang cukup melelahkan.
Ia mengaku lega karena akhirnya Kota Lama Semarang kini telah berstatus sebagai Cagar Budaya Nasional.
Baca Juga: Car Free Night Di Kawasan Kota Lama Semarang Masih Ditiadakan
‘Untuk menuju World Heritage, status Kota Lama harus memiliki kelengkapan dokumen cagar budaya mulai dari tingkat kota, provinsi dan nasional.
Namanya juga berubah, dalam pengajuan awal adalah Kota Lama Semarang, tetapi dalam proses sidang dengan tim ahli cagar budaya nasional, diminta untuk mengubah nama menjadi Semarang Lama, ‘ ungkapnya.
Perubahan nama tersebut bukan tanpa alasan. Dengan pertimbangan jika apabila hanya “Kota Lama” dan lebih mengandalkan gedung-gedung lama saja, akan dipastikan kalah bersaing dengan bangunan kuno di Eropa yang penanganannya dinilai lebih bagus.
“Di Eropa, bangunan kuno sudah di-maintenance sejak berabad-abad yang lalu. Maka rekomendasi dari tim ahli cagar budaya nasional untuk diubah menjadi Semarang Lama,” ujar Ita, sapaan akrabnya.
Baca Juga: Obyek Wisata Lawang Sewu Sudah Mulai Beroperasi untuk Wisatawan
Semarang Lama memiliki empat Kawasan, yakni Kampung Kauman, Kampung Melayu, Kampung Pecinan dan Kota Lama atau Oudestad.
Empat Kawasan tersebut memiliki sejarah panjang terbentuknya Kota Semarang. Bahkan Kota lama adalah yang terakhir disbanding tiga Kawasan lain.
“Yang harus dieksplor adalah storytellingnya. Ceritanya bagaimana keterkaitan empat Kawasan ini menjadi satu kesatuan. Jadi, saat dilakukan revitalisasi Kota Lama justru terbalik. Maka ‘kakak-kakaknya’ Kota Lama itu juga harus direvitalisasi dengan ikatan Kali Semarang. Ini yang harus direalisasikan,” jelasnya.
Pihaknya saat ini tengah mempersiapkan revitalisasi Kampung Melayu yang juga akan turut dibantu oleh Kementrian PUPR.
Baca Juga: Asyik! Proses Pembangunan Museum Bubakan Semarang Segera Rampung
“Rencananya Oktober 2020 akan dilelangkan. Pelaksanaan pengerjaan fisik pada 2021,” tuturnya.
Ita mengungkapkan, dalam waktu yang bersamaan juga sedang dilakukan proses pembuatan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pecinan.
Kemudian Kali Semarang juda sedang disusun Detail Engineering Design (DED)-nya oelh Dinas Tata Ruang Kota Semarang.
Tahapan menuju UNESCO sendiri menurutnya tinggal menunggu dorongan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk melakukan cek & ricek bersama tim cagar budaya nasional, untuk selanjutnya dibawa ke Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) untuk rekomendasi dan membawa ke UNESCO.
Baca Juga: 16 Klaster Masih Aktif, Ini Data Persebaran Covid-19 Terkini di Semarang