Sonora.ID - Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dianggap memiliki masyarakat dengan tingkat toleransi yang tinggi.
Keramah tamahan dan tingkat toleransi masyarakat Indonesia inilah yang mampu membuat masyarakat dunia terkagum-kagum.
Hal ini terbukti dari sebuah kisah nyata yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT), Ahmad Jabur seorang kepala desa beragama muslim yang memimpin masyarakat dengan agama mayoritas Katholik.
Ahmad Jabur menjadi seorang kepala desa di Desa Compang Ndejing, dirinya memberanikan diri untuk maju sebagai kades lantaran didorong oleh sejumlah pemuka agama.
Baca Juga: Nama Gatot Nurmantyo Dinilai Belum Kuat Jadi Kandidat di Pilpres 2024, Kalah Sama Prabowo?
"Saat itu saya tidak mau. Alasan saya, saya tidak mungkin terpilih, karena saya dari pihak minoritas. Selama itu memang isu agama dan SARA di akar rumput ramai dibincangkan. Ada yang bilang mengapa mesti yang minoritas pimpin mayoritas," ujar Sabtu (22/8/2020).
Hal yang membuatnya yakin untuk maju adalah dukungan dari kelompok berbasis gereja (KGB). Saat itu ada tujuh kelompok doa di Dusun Purang Mese kompak mengusulkan dirinya maju sebagai calon kepala desa.
Meski dirinya adalah kaum minoritas namun masyarakat di Dusun Purang Mese Kompas mengusulkan dirinya maju sebagai calon kepala desa.
Baca Juga: Tindak Pelanggar Penggunaan Masker, Jabar Hadirkan Aplikasi
Warga berpikir bahwa Jabur cocok untuk memimpin Desa Compang Ndejing. Karena dukungan tersebut, ia pun memenuhi persyaratan untuk maju menjadi kepala desa.
"Saya jadi termotivasi untuk maju. Saya pun meminta kepada panitia untuk meminta persyaratan. Setelah itu saya lengkapi berkas dan daftar," kata Ahmad.
Ia mengaku bahwa isu SARA sangat terasa sebelum pemilihan berlangsung. Namun, isu tersebut berhasil dipatahkan oleh komunitas doa dan pastor paroki.
Kepada umatnya, pastor selalu mengatakan bahwa agama bukan hambatan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin. Pastor juga mengatakan, seorang pemimpin dinilai dari karakternya, bukan latar belakang agamanya.
Baca Juga: Hagia Sophia Jadi Klaster Penyebaran Virus Corona, 500 Jemaah Positif