Sehingga, stok bantuan bagi korban kebakaran seperti sembako, perabotan dapur, pakaian, dan keperluan darurat lainnya untuk para korban pun hingga saat ini masih banyak tersedia di Dinsos.
"Masih banyak bantuan persediaan stok, karena anggaran 2020 mengacu pada 2019. Kebetulan di 2019 lalu banyak kebakaran. Bersyukur tak terlalu banyak terpakai tahun ini," imbuhnya.
Menurut Iwan, anggaran yang masih tersisa sekitar Rp 800 juta itu pun disiapkan untuk jaga-jaga jika kemungkinan terburuk ketika musibah kebakaran kembali melanda warga hingga Desember mendatang.
Baca Juga: Upaya Pemerintah dan BRG (Badan Restorasi Gambut) Mencegah Karhutla & Gambut
"Semoga tak habis. Kalau tak habis jadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA). Tapi ini kan masih ada hingga Desember," harap Iwan.
Anggaran untuk bantuan korban kebakaran ini diistilahkan seperti ‘buah simalakama’.
Dinsos serba salah menganggarkannya, di mana jika anggaran dipangkas justru dikhawatirkan kasus kebakaran mengalami peningkatan.
Seperti halnya kejadian pada 2019 lalu, yang saat itu kejadian kebakaran di Banjarmasin angkanya cukup tinggi.
Sementara anggaran yang tersedia tak mencukupi, hingga Pemko akhirnya kerepotan mencari ABT.
Begitu juga sebaliknya, ketika anggaran ditingkatkan namun kejadian kebakaran menurun tentunya bakal berpengaruh terhadap serapan anggaran yang disiapkan.
Baca Juga: Radio Sonora Salurkan Bantuan bagi Korban Kebakaran di Tambora, Jakarta Barat