Palembang, Sonora.ID - Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru menghadiri langsung kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan oleh Forum Pemerhati Pendidikan Sriwijaya (FPPS) Sumatera Selatan, Senin (24/8), di Aula Kantor Dinas Pendidikan Kota Palembang.
Kegiatan tersebut berupa pemberian bantuan perlengkapan sekolah kepada siswa dan siswi yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Menurut Herman Deru, sebagai sebuah kegiatan yang mulia, seharusnya penyerahan secara simbolis bantuan kepada siswa dan siswi tersebut melibatkan 2000 orang.
Baca Juga: Disdik Palembang Akan Kembangkan Unit di Program Poltabes
Herman Deru berjanji, ia akan membantu Forum Pemerhati Pendidikan Sriwijaya (FPPS) Sumatera Selatan dalam hal penambahan jumlah paket bantuan kepada peserta didik tadi.
“Agar, ini bisa lebih merata. Palembang dan Sumatera Selatan pada umumnya,” ujar Herman Deru, dalam sambutan yang ia sampaikan di hadapan peserta dan tamu undangan.
Ucapan terima kasih, kata Herman Deru, ia sampaikan kepada Forum Pemerhati Pendidikan Sriwijaya (FPPS) Sumatera Selatan, dan Wali Kota Palembang melalui Kepala Dinas Pendidikan, yang telah memprakarsai acara tersebut.
Menurut Herman Deru, di tengah kondisi pandemi covid-19 yang penuh dengan ketidakpastian, seluruh pihak harus bergotong royong.
“Tidaklah mampu pemerintah sendiri untuk mengendalikan ini. Baik saat pandemi, maupun dampak dari pandeminya,” ungkap gubernur yang mulai menjabat sebagai kepala daerah Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 2018 lalu.
Pada kesempatan itu, Herman Deru turut memberikan beberapa contoh tentang permasalahan pendidikan yang muncul di tengah pandemi covid-19.
“Kita sekarang, harus study from home pada zona-zona merah, misalnya. Ini kan dibutuhkan gadgetnya, sinyalnya bagaimana, juga kuotanya yang paling penting,” ujar orang nomor satu di Provinsi Sumatera Selatan tersebut.
Baca Juga: Ditemui Gubernur Sumsel, Sriwijaya Corruption Watch Laporkan Temuan Aktivitas Penambangan Ilegal
Tidak hanya soal gadget, sinyal, dan kuota, sambung Herman Deru, metode pengajarannya tentu memerlukan pelatihan yang harus diselenggarakan.
“Agar guru juga menyampaikan ini dapat diterima oleh siswa,” ungkap mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dua periode tersebut.
Menurut Herman Deru, ekspresi guru yang tidak terlihat nyata di layar monitor, menjadi sebuah masalah bagi siswa dan siswi yang mengikuti kegiatan belajar mengajar secara dalam jaringan (daring).
“Maka harus punya metode. Nanti dibuat saja training of trainers (tot) bagi gurunya, agar bisa mentraining teman-temannya juga,” ujarnya.