Sonora.ID - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor minyak PT Pertamina (Persero) telah mengalami kerugian sebesar USD 767,92 juta atau setara dengan Rp 11,28 triliun pada tahun berjalan semester I 2020.
Kerugian di semester I 2020 terjadi karena total penjualan dan pendapatan usaha lainnya anjlok 24,7 persen dari USD 25,54 miliar menjadi USD 20,48 miliar.
Kerugian itu bertolak belakang dengan pernyataan yang sempat diungkapkan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Pertamina.
Baca Juga: Kembalikan Geliat UMKM, Pertamina MOR VII Gelontorkan Bantuan Modal Rp17 Miliar
Sebelumnya Ahok sempat mengatakan bahwa pendapatan Pertamina yang mencapai Rp 800 triliun sangat besar karena hampir setara APBN.
Demikian besarnya pendapatan BUMN sektor migas itu, Ahok menyatakan perlu pengawasan yang kuat. Dengan begitu, Pertamina akan selalu untung.
"Kalau enggak diawasi dengan baik, direksi Pertamina enggak punya KPI (key performance indicator). Padahal KPI sifatnya administrasi semua. Jadi merem juga untung," kata Ahok dalam perbincangan dengan Jurnalis senior Andy F. Noya di akun instagram KickAndy Show, Sabtu (27/6) lalu.
Sementara itu VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menyatakan bahwa memang separuh tahun ini, Pertamina menghadapi tiga tantangan.
Tiga tantangan inilah yang bisa jadi menjadi latar belakang atau penyebab dari kerugian sebesar itu.
“Pandemi Covid-19 membawa dampak sangat signifikan bagi Pertamina, dengan penurunan demand, depresiasi repiah, dan juga crude prie yang berfluktuasi sangat tajam, membuat keuangan kita sangat terdampak,” ungkapnya menjelaskan.
Ketika dijabarkan memang Indonesia memberlakukan PSBB yang menyebabkan perjalanan masyarakat menjadi sangat berkurang.