Bahkan, ada kemungkinan pembelajaran jarak jauh juga tidak dapat diikuti oleh anak-anak, meskipun memiliki perangkat penunjang belajar di rumah sekalipun.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kewajiban melakukan tugas-tugas di rumah, anak terpaksa bekerja, lingkungan belajar yang kurang kondusif, dan anak kekurangan dukungan memanfaatkan kurikulum daring atau materi belajar yang disiarkan.
Hingga kini, anak-anak bersekolah yang berasal dari rumah tangga termiskin dan tinggal di kawasan perdesaan adalah yang paling mungkin tertinggal pelajaran selama penutupan sekolah.
Baca Juga: Pemkot Makassar Gelar Pelatihan untuk Guru Terkait Teknik Belajar Jarak Jauh
Secara global, 72 persen murid yang tidak dapat mengakses pembelajaran adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga termiskin di negaranya. Di negara-negara berpendapatan menengah ke atas, anak-anak dari rumah tangga termiskin menyumbang 86 persen dari keseluruhan murid yang tidak bisa melakukan belajar jarak jauh.
Secara global, tiga perempat murid tanpa akses kepada pembelajaran jarak jauh tinggal di wilayah perdesaan.
Selain itu, laporan juga menyebutkan perbedaan tingkat akses antar-kelompok usia.
Murid termuda adalah kelompok yang paling mungkin tidak mendapatkan pembelajaran jarak jauh pada masa terpenting dalam proses belajar dan perkembangan mereka.
Baca Juga: Demi Belajar Online, Anak-Anak Belajar di Polsek Klungkung Untuk Dapatkan Akses Wifi Gratis
Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Indonesia 2019, kurang dari 15 persen anak pedesaan rata-rata memiliki komputer atau laptop untuk mengakses internet di rumah mereka. Bahkan di daerah perkotaan, angka ini meningkat menjadi hanya 25 persen.
Unicef mendorong pemerintah di berbagai negara untuk memprioritaskan pembukaan kembali sekolah dengan aman seiring karantina dan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat mulai dilonggarkan.
Apabila keadaan belum memungkinkan, Unicef mendorong agar rencana pembukaan sekolah menyertakan pembelajaran tambahan yang dirancang untuk mengompensasi hilangnya pembelajaran saat sekolah ditutup.
Baca Juga: Bimbing Anak, Seorang Ibu Kaget Temukan Konten Pornografi di Situs Belajar Online
Selain itu, kebijakan dan praktik pembukaan kembali sekolah perlu meliputi perluasan akses pendidikan, termasuk akses pembelajaran jarak jauh, terutama untuk kelompok marginal.
Sistem pendidikan perlu disesuaikan dan dibangun agar mampu menghadapi krisis lain di masa depan.
Saat ini, Unicef juga melakukan kampanye Reimagine yang bertujuan mencegah agar pandemi Covid-19 tidak berkembang menjadi krisis yang berlarut-larut bagi anak-anak, terutama anak termiskin dan paling rentan.
Unicef juga menyerukan dilakukannya investasi segera untuk menjembatani ketimpangan digital.
Investasi juga perlu diarahkan agar pembelajaran jarak jauh bisa menjangkau setiap anak dan pembukaan kembali sekolah secara aman dapat diprioritaskan.
Baca Juga: Kritik Kebijakan Belajar Online, Siswa: Google Lebih Pintar dari Guru