“Idealnya air baku itu diambil dari irigiasi yang tingkat kekeruhannya sangat rendah. Otomatis bahan kimia yang digunakan juga sedikit,” imbuhnya.
Selain masalah keuntungan, hasil evaluasi terhadap kinerja PDAM Bandarmasih oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Kalimantan Selatan, juga belum terlalu membahagiakan.
Salah satu penyebabnya adalah miskomunikasi dalam memahami kriteria penilaian yang diterapkan Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyedia Air minum (BPPSPAM). Yakni terkait pengecekan sistem pelayanan terhadap pelanggan.
Baca Juga: Tabung Melon Langka dan Mahal, Pertamina: Kuota Kalsel Sudah Dipenuhi
“Indeks kita mengalami penurunan dari 3,66 menjadi 3,55 atau sebesar 0,11. Kita akan perbaiki tahun depan,” tegas Yudha.
Secara rinci Ia menjelaskan, jika laboratorium yang dimiliki PDAM tidak mampu memeriksa seluruh item penilaian air yang diproduksi PDAM, maka pihaknya akan mengirimnya ke lab eksternal.
“Kita biasanya ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan sebagai partner dalam pemeriksaan air yang didistribusikan kepada pelanggan,” pungkas Yudha.