Intisari terbit 17 Agustus 1963. Seperti Star Weekly, ia hitam-putih dan telanjang, tanpa kulit muka. Ukurannya 14 X 17,5 cm, dengan tebal 128 halaman.
Logo "Intisari" sama dengan logo rubrik senama yang diasuh Ojong di Star Weekly. Edisi perdana yang dicetak 10.000 eksemplar ternyata laris manis.
Saling membantu, berkantor sama, bahkan wartawannya pun merangkap. Setelah beberapa pengurus Yayasan Bentara Rakyat bertemu Bung Karno, beliau mengusulkan nama "Kompas".
Baca Juga: Didi Kempot Berhasil Kumpulkan Dana Rp 5,3 Miliar dari Konser Amal
Mereka juga menyepakati sifat harian yang independen, menggali sumber berita sendiri, serta mengimbangi secara aktif pengaruh komunis, dengan tetap berpegang pada kebenaran, kecermatan sesuai profesi, dan moral pemberitaan.
Dari perkembangan Kompas inilah, kemudian berdiri kelompok usaha KOMPAS GRAMEDIA.
Gramedia adalah nama yang di gunakan untuk member label pada usaha toko buku. Hingga kini kelompok Kompas Gramedia dibawah kendali Jakob Oetama sudah melebarkan sayapnya di bebagai bidang usaha.
Baca Juga: Kabar Duka, Eks Pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl Meninggal Dunia
Diantaranya adalah di bidang media, retail & publishing, hospitality, manufacture, education, event & venue, property, hingga digital dengan total ratusan brand.
Jakob Oetama di mata karyawan
Semasa hidup, Jakob Oetama dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme.
Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang ‘nguwongke’ dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya.
Almarhum berpegang teguh pada nilai Humanisme Transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia.
Baca Juga: IDI Berduka, 100 Dokter dan Perawat Gugur Saat Merawat Pasien Covid-19
Idealisme dan falsafah hidupnya telah diterapkan dalam setiap sayap bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.
“Jakob Oetama adalah legenda, jurnalis sejati yang tidak hanya meninggalkan nama baik, tetapi juga kebanggaan serta nilai-nilai kehidupan bagi Kompas Gramedia. Beliau sekaligus teladan dalam profesi wartawan yang turut mengukir sejarah jurnalistik bangsa Indonesia. Walaupun kini beliau telah tiada, nilai dan idealismenya akan tetap hidup dan abadi selamanya,”kata Corporate Communication Director Kompas Gramedia Rusdi Amral.